Keempat, demi menjaga freedom of speech Saya harap Pandji pragiwaksono tidak meminta maaf.Karena yang anda sampaikan itu kajian dan analisa bukan fitnah atau hoax.Inilah ciri-ciri bangsa yang maju. Diskusi adalah spirit akademik yang tak boleh di persekusi. Inilah yang saya sampaikan dan semoga Pandji bisa membacanya.
Karena saya ingin mendukung dia secara moral. Banyak yang berharap Panji meminta maaf tapi saya tidak. Suatu hari tiap orang yang berani berbeda akan dituntut meminta maaf karena kebenaran ditentukan oleh jumlah bukan lagi oleh kebenaran itu sendiri. Maka saya berharap Pandji pragiwaksono dapat berdiri Teguh Apapun yang terjadi dan menjadi simbol kebebasan berbicara yang bertanggung jawab.
Kelima, orang-orang seperti Denny Siregar betul-betul mengalami degradasi jika menggoreng sebuah diskusi untuk menciptakan gelombang provokasi. Jangan mengaku cinta Indonesia kalau hal yang kamu bahas bukan isu fundamental dan punya signifikansi pada Indonesia. Itulah yang terjadi belakangan ini.
Ada korupsi bantuan sosial yang jumlahnya bermilyar-milyar, ada indikasi korupsi di tubuh badan penyelenggara jaminan sosial, tapi yang diributkan selalu hal-hal yang sifatnya remeh-temeh. Orang yang mengaku cinta Indonesia, mengaku sosok yang berusaha menjaga keragaman Indonesia ini terjebak dalam ejek mengejek yang sangat tidak penting.
Mungkin dia tidak dirugikan tapi masyarakat yang terpancing akan menghabiskan energinya untuk berdiskusi dalam topik yang merusak otak tersebut. Maka inilah Saran saya untuk opinion leader di media sosial seperti Siregar dan rekan-rekannya. Percayalah pada saya, mustahil Indonesia ini maju hanya di era Presiden Jokowi. Dan mustahil Indonesia ini maju hanya karena seorang Jokowi.
Untuk menjadi negara maju Tuhan memakai sebuah bangsa sebagai sebuah komunitas. Bukan orang perorang. Makan jangan sampai orang-orang seperti Denny Siregar yang menyuarakan perdamaian dalam keragaman di sisi lain malah membuat lubang yang menciptakan perpecahan. Sebagai Opinion leader, harusnya Denny Siregar lebih banyak memberi pesan-pesan yang menyatukan daripada mendangkalkan daya Nalar masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H