Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tentang Tubuh yang Adalah Kendaraan untuk Mencapai Tujuan

17 Januari 2021   13:45 Diperbarui: 17 Januari 2021   14:13 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidur sejenak ketika sabtu siang kemarin tiba di rumah.Kebetulan di hari sabtu saya hanya bekerja setengah hari.Ketika terbangun sekitar jam empat sore, cuaca mendung, dan gerimis mulai turun pertanda hujan akan segera tiba. Sama seperti sore-sore lainnya di bulan Januari ini. Saya buka jendela dan meresapi indahnya terjebak di rumah, saat hujan turun di sore hari.Berbagai pilihan menyenangkan muncul untuk mengisi waktu, beli cemilan, makanan berat, atau menonton.

Lalu saya melihat beberapa foto yang dibagikan teman di grup whatsapp.Kebetulan di parkiran kantor sebelum pulang, kami berfoto bersama. Saya pun membagikan foto tersebut di Facebok sambil menulis status.

"Bersyukur memiliki sebuah pekerjaan.Libur menjadi hari perhentian yang indah saat kita sudah mengisi hari-hari sebelumnya dengan bekerja.Tubuh kita adalah kendaraan untuk mencapai tujuan, dan pekerjaan adalah kapal untuk menyeberangi lautan, karena hidup itu seperti berjalan menuju satu pulau ke pulau lainnya."

Begitulah gambar besar kehidupan.Sebagai sebuah kendaraan tentu tubuh membutuhkan bahan bakar.Dan bahan bakar itu adalah semangat. Kalau tubuh sehat tapi semangat tidak ada, maka apa yang diusahakan tidak akan maksimal hasilnya. Kalau semangat ada tapi tubuh tidak sehat maka segala upaya tidak akan efektif dalam prosesnya.Maka sejatinya manusia hanya perlu dua modal utama, yaitu tubuh yang sehat dan jiwa yang penuh semangat.

Itu kenapa jangan terlalu mudah untuk mengeluh.Ada orang yang punya semangat tapi tubuhnya menderita penyakit berat, kadang sangkin parahnya penyakit yang dideritanya, seluruh semangatnya hanya dapat tersalur pada upaya bertahan hidup dan usaha agar tetap bersukacita dalam penderitaannya. Ada orang hanya karena bekerja tidak sesuai passionnya saja langsung merasa seperti orang paling menderita di dunia.

Di dunia yang semakin kompetitif dan disruptif seperti sekarang ini, akan banyak profesi yang dulu adalah primadona tapi sekarang kehilangan lahan kerjanya.

Seperti profesi wartawan misalnya.Kita melihat bagaimana media massa mulai mem-PHK para jurnalisnya karena koran cetak mereka harus berhenti dari peredaran. Sebab ada perubahan perilaku membaca masyarakat yang beralih pada media digital.Ngotot pada mimpi dan passionmu dan tak mau mengerjakan hal lain adalah bentuk kemalasan tidak memberdayakan diri. Saat saya menyadari hal ini, saya menutup mimpi saya menjadi wartawan, tapi saya tidak berhenti menulis.Sebab passion saya terletak pada "menulisnya" bukan profesi "wartawannya."

Silahkan berjuang untuk setiap tujuanmu, tapi dalam perjalanannya, menepilah pada titik-titik dimana kamu bisa menghasilkan agar tidak menjadi beban untuk orang, yang bukan dirimu.Itu sebabnya saya juga menganalogikan bahwa hidup itu seperti melintasi sebuah pulau, untuk sampai diseberang kita butuh kapal.

Dalam prakteknya, kapal ini bisa perusahaan tempat kita bekerja atau usaha-usaha mandiri yang kita ciptakan.Maka selama hidup manusia harus mentautkan dirinya dalam pekerjaan yang menghasilkan.

Mulai lah menjadi orang yang berorientasi hasil. Bukankah tujuan semua pekerjaan adalah menghasilkan uang? Sampai hari ini setidaknya ada dua hal yang membuat saya terus menyemangati diri untuk bekerja.

Pertama adalah keinginan. Motivasi untuk punya rumah, mobil, dan barang-barang impian adalah dorongan yang terus menstimulasi agar giat bekerja.Kedua adalah ketakutan. Saya tidak ingin di masa tua hidup miskin dan melarat lalu jadi beban untuk orang lain.Itu adalah hidup yang mengerikan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun