Selama yang dibayar perusahaan dari diri kita hanyalah tenaga dengan skill tak seberapa, maka terima nasib saja. Satu-satunya pemberontakan yang dibenarkan adalah segera keluar dan berkarir di tempat yang kita pikir sesuai. Dalam konteks ini, perusahaan tak pernah memilih kita untuk kemudian beroleh hak istimewa.Semua atas dasar kebutuhan, kesepakatan dan kerja sama.
Saya jadi ingat bagaimana di jaman dulu, para budak yang sudah dibeli oleh seorang tuan akan kehilangan segala haknya. Memang kita tidak lagi hidup di jaman seperti itu. Tapi jika kita mengambil sedikit esensi antara majikan dan pekerja dari contoh itu, sebenarnya jam kerja adalah waktu yang telah kita jual pada perusahaan.
Sehingga yang kita lakukan adalah keinginan perusahaan bukan keinginan kita. Yang kita patuhi adalah instruksi perusahaan, bukan kemauan sendiri.
Namun jika kita berpikir lebih jernih, sebenarnya ini hanya tentang hak dan kewajiban. Kewajiban kita ya untuk bekerja dengan segala suka dukanya di mana kita memperoleh hak dalam bentuk gaji tiap bulannya.
Kondisi kadang memaksa kita untuk bekerja, tapi dalam kondisi yang penuh tekanan dan pertimbangan itu, kehendak bebas kitalah yang memilih kita akan bekerja di mana. Maka ada baiknya kita terus belajar untuk tidak menyalahkan siapa-siapa.
Penikmat yang bukan pakar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H