Setiap kali ada orang yang lebih muda bertanya satu hal pada saya, biasanya saya tidak langsung buru-buru untuk menjawabnya. Saya akan tanya hal-hal lain dulu yang masih ada hubungannya dengan pertanyaannya.
Tujuannya apa? Saya ingin benar-benar yakin dulu bahwa saya memahami dengan lengkap apa permasalahan orang tersebut. Karena jawaban yang panjang lebar juga kalau tidak tepat sasaran akan kurang berguna juga.
Demikian juga saat saya misalnya kebagian jadwal jadi pembicara di gereja (pada komsel/sekolah minggu) saya selalu berikan gambaran besar tentang tema yang saya sampaikan.
Setidaknya ada dua hal yang saya harapkan mereka dapatkan ketika saya menjawab pertanyaan atau berbicara kepada mereka.
Pertama mereka mengerti, kedua daya jelajah mereka dalam memandang sesuatu bertambah luas. Dalam kesempatan bicara dengan sekumpulan anak-anak kecil misalnya, sering mereka acuh tak acuh seperti meremehkan apa yang saya sampaikan. Kenapa hal demikian bisa terjadi?
Saya berikan contoh yang dulu pun saya tak pernah memikirkannya. Lihat gambar di bawah ini:
Garis panjang kehidupan menuju batu nisan di atas mau diisi dengan apa? Manusia mau menjalani kehidupan yang seperti apa? Lalu setelah mati dia masuk surga atau neraka?
Semua ditentukan kembali pada apa yang dipilihnya, dipercayainya, dan dilakukannya pada garis panjang kehidupan seperti yang tergambar di atas.
Namun pada kenyataannya garis panjang tersebut pun sangatlah pendek, karena usia manusia terbatas, rata-rata hanya 70 tahun saja. Bahkan banyak yang meninggal di bawah usia tersebut.
Memang ada ditemukan manusia yang bisa hidup sampai usia seratus tahun, tapi itu sudah sangat jarang. Saya bukan ingin membicarakan hal teologis, tapi coba topik ini diceritakan pada bocah SMP, yang ada kita diketawain sama mereka.