Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bicara Itu Murah, Mahalnya Tuh di Sini

6 Agustus 2018   15:28 Diperbarui: 15 April 2019   15:21 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pixabay.com

Saya gak bilang orang yang begini, yes man atau plin-plan, itu jahat ya. Enggak sama sekali, Ini cuman ciri-ciri orang yang sering membuat omongannya jadi diragukan. Karena kadang mereka juga bingung sama apa yang mereka mau, terlalu banyak kemauan sih.

Bicara memang murah, tapi dia tetap memiliki konsekuensi. Dari sisi si pendengar apa yang kita bicarakan memiliki arti. Apalagi jika ditarik ke dunia yang lebih pro, dunia kerja misalnya.

Bahkan tak jarang kita dinilai dari apa yang kita bicarakan. Jika bicara itu murah dari sisi yang mengucapkan, maka sejatinya bicara itu mahal dari sisi seberangnya, yaitu dari pihak yang mendengarkan. 

ilustrasi pixabay.com
ilustrasi pixabay.com
Tahukah teman-teman bahwa di belahan dunia lain ada orang yang menganggap begitu sakralnya janji jari kelingking (pinky promises). 

Lihat saja dalam beberapa film tentang persahabatan ataupun drama korea, janji masa kecil model begini kadang selalu diingat oleh tokoh-tokohnya bahkan sampai mereka dewasa. Hasilnya bisa menyenangkan, namun juga bisa mengecewakan.

Misalnya di film, adakan tuh adegan di mana seorang laki-laki yang berjanji akan selalu melindungi atau akan bersama sahabat wanitanya namun malah pergi sekolah ke Amerika. 

Dia kemudian berjanji untuk kembali dan rajin mengirim surat, tahunya si wanita gak pernah menerima surat dari cowok itu karena ayah si wanita menyembunyikan surat-surat tersebut.

Kecewalah si wanita, lalu hatinya menjadi beku seperti es dan tak percaya lagi pada cinta, sampai akhirnya datanglah seorang pria bernama Bor. Ah sudahlah. Kembali ke laptop ris.

Jadi bisa dibilang ucapan itu menimbulkan harapan. Makanya menurut saya harus ada mata kuliah tentang bagaimana kita merespon dan mengatur ekspektasi saat mendengarkan suatu ucapan (agak ngaco sih ya). Karena semakin tinggi harapan semakin tinggi juga resiko kecewanya kalo tidak tergenapi.

Coba ingat kapan terakhir kali kita mengucapkan sesuatu pada seseorang namun tidak menepatinya? Atau lebih komplitnya seberapa sering kita ngelakuin hal tersebut?

"Menjaga janji penting dalam kelanjutan hubungan yang bahagia dan sehat. Mengetahui Anda dapat mempercayai seseorang adalah salah satu batu loncatan kunci untuk hubungan apa pun.Kita menghabiskan begitu banyak waktu untuk membuat janji yang tidak bisa kita pertahankan, yang akhirnya hanya menyakiti orang-orang yang kita cintai" (Emily Marks).

Dari sini aja kita tahu bahwa apa yang kita bicarakan bukan untuk kesenangan pribadi saja. Ada perasaan orang lain juga yang harus kita jaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun