Selain Raline Shah ada lagi seseorang yang hobi main instastory saat jalan sama pacarnya. Dari kedua hal ini saya memiliki pendapat, bahwa sebenarnya narsis itu adalah emosi yang dimiliki setiap manusia, termasuk artis. Padahal artis tak perlu lagi media sosial karena mereka sudah terkenal, orang-orang sudah mendokumentasikan kehidupan mereka melalui berbagai majalah hingga acara infotaiment.
Tapi artis juga manusia, mereka rindu untuk membagikan keseharian, hingga kebahagiaan yang mereka tengah rasakan. Tentu hal ini di luar masalah endorse dan promo film. Instastory juga seperti fitur alternatif agar kenarsisan atau sifat hobi posting ini tidak nyampah di instagram, terutama saat teman-teman buka instagram, kita tak perlu merasa tak enak karena terlalu banyak memposting foto atau video. Bayangkan, orang biasa saja bisa merekam di instastory lima sampai sepuluh kali dalam satu hari.
Sebagus-bagusnya sebuah foto dan seberapa besarpun dorongan untuk memposting, pasti ada rasa malu, takut nanti dibilang alay atau narsis kalau terlalu sering posting. Makanya banyak orang, terutama wanita, memanfaatkan instastory sebagai wadah untuk membagikan momen (atau sekadar menjadi kelinci) di instagram.
Ya kalau gadis secantik Raline Shah sih tak jadi soal ya, mau posting seratus foto sehari pun, aku sih yes.... Hkm.
Bahkan saya menemukan ada pengguna instagram yang memposting foto terakhir kali setahun yang lalu, tapi cukup aktif memainkan instastory. Untuk contoh kedua, di mana seseorang hobi merekam kebersamaan dengan instastory saat jalan dengan pacarnya, bisa dikatakan juga menjadikan instastory sebagai media defensif alternatif.
Saya pernah menemukan seorang pengguna instagram yang telah memiliki pasangan, dan cukup sering membagikan foto bersama pasangannya di media sosial tersebut. Repotnya saat mereka putus, saya melihat bagaimana selain meng-unfollow pacarnya, dia juga harus menghapus foto kebersamaan dengan pacarnya itu.
Nggak penting juga sih ya...Tapi hal ini menjadi jejak digital, dan menjadi runtuhnya monumen defensif dalam bentuk foto bersama yang selama ini menghalangi kaum jomblo untuk mendekati si orang tersebut. Artinya, sering memposting foto bersama pacar di instagram adalah langkah membuat kentara putusnya sebuah hubungan, dan itu adalah sebuah pengumuman bagi pengagum dan para stalker.
Instastory dimanfaatkan untuk membagi kebersamaan dengan aman, kalau nanti putus tak perlu repot-repot hapus momen. Tak bikin gaduh, juga dosis rekam dan share yang tepat bagi para pasangan yang masih meragukan kekasihnya.
Jadi kesimpulannya, instastory ini adalah penemuan yang jenius, maksud pujian saya bukan untuk Mark Zuckerberg, tapi lebih ke Evan Spiegel. Lalu apakah kalau instastory tidak ada, akan ada banyak yang nyampah di instagram karena terlalu sering posting? Apakah Raline Shah akan posting seratus foto dalam sehari? Saya yakin tidak.
Saat ditanya kenapa dia tak percaya pada riset pasar, Steve Jobs menjawab, "Bahwa konsumen tak tahu apa yang mereka inginkan, sampai kita menunjukkannya pada mereka. Andai Henry Ford tak menciptakan mobil, maka konsumen akan meminta kuda yang lebih cepat."