Tulisan ini sekedar intermezzo aja ya....
Awalnya saya ragu buat nulisin pengalaman sidang skripsi ini, soalnya saya termasuk golongan yang gagal (eh amit-amit). Relevan nggak ya, tapi setelah dipikir-pikir, di Kompasiana ini juga ada penulisnya yang mahasiswa. Jadi saya tulis sajalah ya, sekedar berbagi pengalaman.
Seperti yang kita semua tahu hai mahasiswa tingkat akhir, setelah sekian bulan menjelma jadi peneliti dadakan, diujungnya kita bakal menghadapi yang namanya sidang. Sidang sendiri memiliki pengertian ujian lisan atas skripsi yang sudah kita buat.
Sebagai mahasiswa tanpa prestasi dan mampu menyelesaikan skripsi namun sampai saat ini tak memahami metode penelitian yang digunakan, saya mau cerita hal-hal apa saja yang harus kita perhatikan pada detik-detik terakhir akan dan saat sidang.
(Baca Juga: Menggerakkan Dunia Lain Agar Skripsi Kamu Beres!)
Menurut saya nasehat dosen pembimbing yang membantai draft skripsi kita itu tujuannya baik loh. Sebab pilihannya begini, mau capek pas ngerjain skripsi atau dibantai habis pas sidang. Antara mahasiswa yang mengerjakan skripsi dengan baik, rapih dan asal-asalan, asal rajin bimbingan peluang untuk didaftarkan sidangnya menurut saya sama. Bahkan kalaupun kamu malas bimbingan saya yakin akan didaftarkan sidang asal bisa mengumpulkan draft skripsi sesuai dengan waktunya.
Saya juga senang, pas akhirnya didaftarin sidang, padahal saya merasa skripsi saya jauh dari kata layak. Sejenak merasa aman. Eh taunya pas sidang dibantai habis, revisinya sudah kayak nulis ulang dari awal lagi.
Itu kenapa saya bilang lebih baik capek di awal dari pada setelah selesai sidang. Teman saya yang ngerjain skripsinya dengan baik nih, saat selesai sidang yang direvisinya cuman sistematika penulisan daftar pustaka. Bayangin cuman daftar pustaka doang!
Sementara kita yang ngerjain skripsi asal-asalan, setelah beres sidang bukannya plong dan bebas, tapi malah harus ngerevisi lagi. Sekalipun nguasain materi, kalau konten skripsinya hancur, percaya sama saya pasti bakal banyak revisi bahkan berpotensi nggak lulus sidang.
Teman saya ada yang begitu. Konten skripsinya nggak ada jadi ya harus revisi besar-besaran. Karena begini ya, penguji kita itu sudah Doktor, nggak tahu udah S berapa, sementara kita masih S cendol, terus mereka yang kemampuannya jauh di atas kita itu akan menguji kita. Mampuslah kalau konten skripsinya asal-asalan.
Jadi pertama-tama fokus pada konten skripsi.