Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pasrah Itu Meminta Jodoh Tanpa Sebut Nama

16 Mei 2017   20:00 Diperbarui: 15 April 2019   14:49 3901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar (Orami Magazine)

Apa iya kodenya harus dia nolak kamu mentah-mentah pakai omongan? Kalau mau dicoba sih silakan saja. Tapi ada kalanya kita harus berani head to head sama kenyataan. 

Kalau faktanya sudah tak menunjukkan dia jodoh kamu, ya udah kali ini kamu harus belajar menaikkan level kepasrahan kamu. Sudahlah minta saja tanpa sebut nama dan tanpa tunjuk orang. Mintalah agar kamu bisa jatuh cinta dengan begitu sangat kepada orang lain yang kelak memang akan jadi jodohmu. 

Ya, kalau kamu naksir berat sama orang yang bukan jodoh kamu, anggap saja itu “kurikulum” biar kamu bijak dalam bercintah. Kalau pun harus meminta dan patah hati berkali-kali, ingat saja yang dibilang Paulo Coelho ini, ”Sejak pertama kali jatuh cinta dan ditolak, dia sudah tahu bahwa ini bukanlah akhir dari kesanggupannya untuk mencintai.” Anggap saja dia yang dimaksud Paulo Coelho itu kamu.

Untuk pasrah total itu memang susah. Tapi bisa dilatih dengan tak lagi menyebut nama dia saat kamu berdoa meminta jodoh. Karena dia jadi jodohmu atau bukan tidak tergantung namanya kamu sebut-sebut atau tidak. Saya nggak bilang sebut nama itu salah. Bisa saja dengan menyebut nama dia, Tuhan nunjukin belas kasihnya dan ngasih yang kamu minta. 

Tapi ini soal gimana kita percaya seratus persen kalau jodoh itu sudah Tuhan yang mengatur. Memang sih kita juga harus ambil peran, nggak mungkin kita ketemu jodoh kalau kita ngurung diri di kamar terus kan. 

Tapi pencarian jodoh itu kalau bisa jangan cuman happy ending. Kalau bisa, setiap perjalanannya banyak diisi happy-nya dibandingin merananya kan lebih baik. 

Yah, apa yang saya bilang ini tidak seratus persen tepat, tergantung situasi, ini hanya satu pandangan dari sekian banyak pendapat. Tapi pasrah itu memang baik untuk kehidupan kita. Saat pasrah, kita belajar untuk melepas sesuatu yang begitu kita inginkan, untuk sesuatu yang lebih baik di masa depan. Percayalah, the best on the way.

Gayamu Bor!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun