Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bandung For Ahok, Aksi Damai yang Membangun Nasionalisme

14 Mei 2017   15:31 Diperbarui: 15 April 2019   14:48 2270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dok pri (peserta aksi damai dengan khidmat menyanyikan lagu-lagu nasional di lapangan gasibu Bandung)

Benarlah pilihan saya untuk hadir di Lapangan Gasibu, yang tepat terletak di depan Gedung Sate sudahlah tepat. Saya datang kira-kira pukul delapan belas kurang sedikitlah seingat saya begitu. Saat saya datang, jalan yang ada di depan Gedung Sate ditutup. Karena ternyata pihak polisi memang memberi waktu sampai pukul 18:00 tepat. 

Saat saya datang sebenarnya orang sudah banyak, sambil membacakan lilin, mendengarkan pembacaan puisi, dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Karena dari awal memang saya datang tanpa sedikit pun ingin menjadikan momen tersebut sebagai bahan tulisan, makanya foto-foto yang saya bagikan di sini mungkin akan pas-pasan hasilnya. 

Tapi pas saya posting salah satu videonya (yang juga apa adanya) di Instagram, si pakar fiksi Surealis Livia Halim coment, tentu tanpa sedikit maksud pun untuk request, biar saya tulis di Kompasiana. Ya sudahlah saya pikir apa salahnya juga ditulis di sini. Kembali ke topik, saat saya datang peserta sih sudah banyak. Tapi luar biasanya semakin malam justru peserta semakin membeludak dan membuat aksi damai itu menjadi meriah.


Biar videonya bisa masuk ke tulisan ini, mau tak mau saya harus upload dulu videonya ke youtube. Lagu-lagu yang dinyanyikan sebenarnya ada banyak, ada juga yang diulang-ulang, seperti lagu Halo-Halo Bandung, Garuda Pancasila, Tanah Airku dan lagu Indonesia Raya. Jujur saya merinding mendengar sebegitu masyarakat dari berbagai jenis profesi, agama, gender, dan usia dengan kompak dan tanpa jaim-jaim dengan lantang turut bernyanyi lagu-lagu nasional. Sungguh sebuah pemandangan yang jarang dan entah kapan lagi dapat ditemui.

Karena acaranya sebenarnya hanya sampai pukul enam sore, yang saya lihat para panitia dan orator (kalau ada) sebenarnya yang saya lihat sudah tak ada di tempat. Tapi karena cahaya lilin semakin malam semakin indah dan jumlah cahanya terus bertambah dengan kedatangan peserta lain, dengan sendirinya dan spontan saja para peserta bernyanyi yang diikuti oleh seluruh peserta aksi damai.

Sumber Gambar dok pri (Rekan kerja saya yang secara kebetulan bertemu dengan saya)
Sumber Gambar dok pri (Rekan kerja saya yang secara kebetulan bertemu dengan saya)
Saat acara sudah akan selesai, saya malah bertemu seorang rekan kerja yang baru menyelesaikan sebuah acara dan langsung datang ke Gasibu. Beliau sekaligus menjemput satu keluarganya yang mengikuti acara 1000 lilin untuk Ahok ini.

dok pri (peserta aksi meneriakkan agar Ahok yang saat ini divonis 2 tahun penjara atas kasus penistaan agama agar dibebaskan
dok pri (peserta aksi meneriakkan agar Ahok yang saat ini divonis 2 tahun penjara atas kasus penistaan agama agar dibebaskan
sumber gambar dok pri
sumber gambar dok pri
Mungkin apa yang saya rasakan sama seperti peserta lain, hal itu dibenarkan saat saya berbicara dengan teman kerja yang bertemu saya di tempat aksi damai berlangsung. Teman saya itu bilang hatinya sudah merasa plong, hatinya sudah merasa damai karena sudah datang untuk menyerukan keadilan. Sama seperti saya, dia juga merasa terbeban, minimal untuk hadir dan turut menghidupkan lilin seraya berdoa agar Ahok diberi keringanan hukuman dan dibebaskan dari penjara.

sumber gambar dok pri (tak sedikit peserta yang turut mengabadikan moment langka ini)
sumber gambar dok pri (tak sedikit peserta yang turut mengabadikan moment langka ini)
sumber gambar dok pri
sumber gambar dok pri
sumber gambar dok pri
sumber gambar dok pri
sumber gambar dok pri
sumber gambar dok pri
Ada aksi menarik saat polisi meminta peserta untuk bubar dan mematikan lilinnya. Saat lilin sudah dimatikan, entah inisiatif dari mana para peserta mengganti cahaya lilin tersebut dengan lampu senter yang ada pada ponsel mereka. 

sumber gambar dok pri
sumber gambar dok pri
Peserta pun terus bernyanyi, hingga entah berapa kali polisi bolak-balik melakukan briefing pada kelompok mereka untuk kemudian kembali ke tengah-tengah aksi untuk melakukan aksi persuasif agar peserta segera membubarkan diri. Walau tidak mudah, akhirnya kurang lebih pada pukul dua puluh peserta pun mulai membubarkan diri. Salam damai sob!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun