Biasanya sih hal begini lebih sering terjadi pada orang batak. Misalnya saat seorang pria menyukai ataupun pacaran dengan seorang wanita (keduanya orang batak), lalu saat si pria bertamu ke rumah si wanita, maka dengan pertanyaan menyelidik, orang tua si wanita akan mencoba mengorek “bibit bobot bebet” mu.
Atau saat seorang pria menyukai seorang wanita, si wanita sudah srek sih, tapi dia belum yakin kalau melihat faktor orang tuanya. Lalu si wanita pun bertanya pada si pria ”Emang kamu yakin mamah aku bakal terima kamu, pasti dia bakal ngelihat bibit, bobot, bebet kamu.” Kalau sudah begini, maka mau tak mau kamu harus berkaca. Ngaca woi. Kalau ngadepin hal begini, saya selalu ngaca, dan hasilnya selalu sama: ternyata wajah saya begitu menarik, tampan, manis dan unforgettable.
Sekali lagi saya nggak tahu, apa hal begini terjadi juga di luar orang batak. Mungkin permasalahan “bibit bobot bebet” ini terjadi juga di luar orang batak, hanya saja cara dan istilahnya saja yang berbeda. Sebenarnya bicara “bibit bobot bebet” tak melihat jenis kelamin sih. Hanya saja mungkin hal begini lebih sering menimpa si jenis kelamin pria. Beda kalau di Korea, kalau saya tonton di drama korea biasanya yang dipertanyakan “bibit bobot bebet” nya itu si wanita, sebab si pria rata-rata anak konglomerat yang kabur dari rumah karena nggak akur sama bapaknya. Nah bagaimanakah kita harus bersikap saat “bibit bobot bebet” kita dipertanyakan?
Nah saya perjeleas dikit, “bibit bobot bebet” disini artinya bisa luas, tapi kira-kira beginilah maksudnya: kamu anak siapa, orang tua mu kehidupannya gimana, kaya kah? Biasa-biasakah? Oh ya, kamu dari keluarga baik-baik tidak? Kamu pendidikan terakhirnya apa? Kerja dimana? Jabatannya apa? Penghasilannya berapa? Sudah punya rumah? Nggak suka main judi kan? Ya sekalipun tidak bisa di bilang materialistis, tapi tetap saja yang namanya manusia pasti menilai sesuatu berdasarkan “teori dan metode kemapanan”. Kalau kamu memiliki ini itu, kamu akan dipandang orang sukses, atau pekerja keras. Padahal bisa saja semua itu kamu dapatkan dari warisan. Tulisan ini bukan saya bikin buat mendebat kaum materialistis, mereka benar kok, materi itu sesuatu yang penting kok.
Nah, sekali lagi saya tanya, kita harus bagaimana saat “bibit bobot bebet” kita dipertanyakan disaat kita belum mencapai banyak hal secara materi? Saran saya tetaplah bersikap apa adanya. Bicara saja apa adanya. Jangan belagu, dan menutupi apa yang belum kamu capai dengan kepalsuan yang malah nanti bikin kamu capek. Kamu belum memenuhi standar “bibit bobot bebet” yang mereka mau, bukan berarti kamu tidak akan mencapainya. Belum itu bukan berarti tidak akan pernah. Saat “bibit bobot bebet” mu dipertanyakan, dan pada kenyataannya kamu adalah pribadi yang malas, kacau, pesimis, pemarah, penjudi, hobi main wanita, dan segala keburukan ada padamu, menurut saya kamu layak ditolak mentah-mentah.
Tapi di sinilah kejujuranmu akan memainkan peran yang penting. Nyatakan ini atau tunjukkan ini pada mereka, kamu boleh saat ini masih “miskin” secara materi tapi kamu harus kaya secara nilai. Kamu pekerja keras, jujur, mau belajar, menghargai pendidikan, dewasa, serius terhadap apa yang kamu mau, pandai mengambil hati, dan menghargai orang yang lebih tua, ini adalah “bibit bobot bebet” yang tak perlu membuat kamu minder untuk kamu adu dengan “bibit bobot bebet” dalam pengertian materi. Nilai yang kamu anut itulah yang kelak akan membawa kamu pada pencapaian-pencapaian yang berbobot. Dan orang yang memiliki nilai-nilai yang kamu anut, pasti bisa melihat itu semua dan mampu memandangnya sebagai sesuatu yang berharga.
Orang yang picik itu buta sejarah. Bagi mereka mungkin saat seseorang telah mencapai ini itu, begitulah sosok yang memiliki “bibit bobot bebet” yang baik. Padahal belum tentu sosok tersebut meraihnya dengan sebuah usaha yang ditempah, dirintis dan dibangun dengan darah serta keringat. Makanya saya suka heran dengan orang yang minder. Hanya karena tak bisa berpenampilan glamour kok merasa rendah diri. Jadilah icon yang percaya diri untuk kehidupan pribadimu. Semakin kamu bekerja keras, kamu harus semakin yakin akan dirimu. Tak ada jaminan kalau kamu yakin kamu bakal mencapai semuanya, tapi tetap yakin adalah pilihan terbaik dan tak ada pilihan cadangannya. Itu satu-satunya pilihan agar hidupmu layak dijalani --- sok iye ya bahasanya haha.
Dia banyak duit sih tapi dia perokok berat.
Dia kaya raya tapi hobinya dugem.
Dia pengusaha tapi tak tahu memperlakukan wanita.
Kamu memiliki keuangan yang cukup tapi tidak merokok.