Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Media Sosial Bukan Televisi untuk Menonton Hidup Orang Lain

14 Februari 2017   12:33 Diperbarui: 15 April 2019   14:33 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena ini masa tenang, maka ada baiknya saya tidak membahas Pilkada DKI Jakarta yang menurut ramalan saya sudah jelas dimenangkan oleh pasangan nomor 2. Gimana kalo kita bahas soal media sosial. Sebenarnya ulasan seputar media sosial sudah basi sih. Segala sesuatu tentang media sosial sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur. Mulai dari dampak-dampak media sosial terhadap mental pemakainya, bagaimana media sosial bisa membuat kawula muda menjadi kecanduan, media sosial sebagai tempat promosi yang efektif, lalu bagaimana media sosial mampu membuat sebuah kejadian menjadi viral di internet.

Karena media sosial bukan lagi barang baru dan dampak yang ditimbulkannya tidak main-main, mungkin untuk melengkapi pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan bahwa vlog (video blog) harus masuk ke dalam kurikulum pendidikan kita, saya berpikir untuk lebih lengkapnya memang harus ada mata pelajaran tentang media sosial dan internet di sekolah-sekolah. 

Hal itu berarti meliputi pembahasan seputar vlog, youtube, blog, game, facebook, twitter, instagram, kaskus, selasar, dan lain sebagainya yang jika dikaji lebih dalam pasti akan sangat menarik dan luas untuk dijadikan materi pendidikan. Kenapa media sosial harus dirumuskan ulang dan diperkenalkan lewat dunia pendidikan? Tentu karena selama ini media sosial dianggap hanya sebuah persoalan lapangan, antara user dan medsos itu sendiri. Padahal tak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial yang sebenarnya bisa dieliminasi oleh lembaga pendidikan.

Nah karena ini bukan artikel yang akan diterbitkan dalam jurnal ilmiah, dan hanya sekadar intermezzo saja, maka berikut pandangan saya seputar hubungan kita (manusia) dan media sosial:

Sosial Media Bukan Sekadar Connecting People
Memang mulia visi seorang Mark Zuckerberg saat mendirikan facabook, niatannya dia ingin membuat setiap orang dapat selalu terhubung. Bahkan dengan jangkauannya, facebook mampu menyambungkan kembali hubungan orang-orang yang telah lama terputus. Seperti kita dan teman Sekolah Dasar kita misalnya. Dengan facebook, di manapun mereka berada kita dapat mengetahui kabar dan keberadaan mereka.

Itu sebab ada yang bilang media sosial itu 'menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.' Sebab saban hari fokus kita hanya pada medsos tersebut. Itu sebab dalam konteks sosial media, bukan hanya hubungan antara sesama kita manusia saja yang perlu dicermati. Hubungan antara kita dan media sosial itu pun perlulah coba kita koreksi.

Alih-alih mendekatkan yang jauh, jangan-jangan hubungan emosional kita lebih intim pada aplikasi media sosial itu sendiri dibandingkan dengan orang-orang di dalamnya. Apalagi facebook, yang dari sekian ribu teman, paling yang kita kenal hanya segelintirnya saja. Itu sebab kita harus tahu apa tujuan kita saat berselancar di berbagai media sosial yang kita 'huni'.

Saat saya telah menggunakan WhatsApp, saya pun tak lagi memakai aplikasi BBM. Alasannya karena WhatsApp telah mengakomodasi semua kontak pertemanan yang memang saya perlu. Sehingga terkadang BBM terasa hanya buang-buang waktu, sebab sering saya tergoda untuk melihat recent update dari teman-teman, habis waktu hanya untuk melihat mereka mengganti foto profilnya.

Ouh kalo begitu, semua media sosial buang-buang waktu aja dong? Ya memang iya sih, nah tapi ada yang membuat kegiatan 'membuang waktu' kita tidak sia-sia di media sosial (ngelessss). Alasan inilah yang membuat saya tak lagi memakai aplikasi BBM namun masih menggunakan facebook. Oleh karena itu pakailah media sosial yang minimal masih memberimu dua hal berikut:

  1. Pertama, apapun yang kita lakukan, baik itu di media sosial, sebaiknya jangan sampai kehilangan unsur hiburannya. Sebab banyak sekali orang yang mengisi kegiatannya sambil mengecek sesuatu di ponselnya dengan rasa hambar. Itu sebab BBM menjadi tak berguna bagi saya, saya nggak tahu apa perlunya saya memakai aplikasi itu. BBM tak memiliki unsur hiburan yang saya perlu.Nah setidaknya hal inilah yang masih dimiliki facebook. Selain mendapatkan hiburan dari berbagai status, meme, dan video, saya juga terhibur dengan perdebatan seputar pilkada DKI Jakarta yang punya nilai kelucuannya tersendiri. Mereka membela calon favoritnya lebih dari tim sukses. Nah itu lucu, kita juga bisa terlibat di dalamnya, baik dengan berkomentar ataupun menulis status balasan.

  2. Kedua, apapun yang kita lakukan, baik itu di media sosial, sebaiknya jangan sampai kehilangan unsur pengetahuannya. Sebab informasi penting saat ini tak hanya ada di koran, media massa pun kini mengandalkan sosial media untuk men-share konten-konten yang dibuatnya. Jadi janganlah beraktivitas di medsos tanpa mendapatkan sesuatu (positif). Sebab penting untuk tetap berselancar sembari menemukan informasi-informasi berguna yang dapat kita manfaatkan kelak.

Media Sosial Bukan Televisi untuk Menonton Hidup Orang Lain
Tak puas dengan menguasai segala jenis konten, mulai dari teks, gambar dan video yang bisa dibagikan secara real time, kini media sosialpun coba menggarap fitur yang bisa dihadirkan secara live time. Seperti instagram contohnya, yang tak hanya menghadirkan instastory untuk merekam video tanpa harus memposting konten, kini instagram melalui instastorynya juga mendukung live streaming.Itu sebab, media sosial saat ini tak dapat lagi dimaknai hanya sebagai 'sosial media' saja. Medsos saat ini bahkan telah menjelma bak televisi.

Didorong rasa kepo kepada orang lain, tak jarang kita menghabiskan waktu untuk 'menonton' kehidupan mereka yang mereka bagikan di medsos. Biasanya sih sebagai pelampiasan, atau sebuah aktivitas untuk mengisi waktu kosong. Namun sadarkah kita bahwa terkadang menonton kehidupan orang lain di media sosial tak ubahnya kita tengah menonton sebuah iklan di televisi. Bagaimana rasanya menonton iklan? Tentu menjemukan bukan, selain itu bukankah lebih banyak tidak bermanfaatnya. Tapi kebanyakan dari kita tak punya pilihan lain karena sudah terbiasa menjadikan media sosial sebagai aplikasi pengisi waktu luang.

Tapi apa iya kita mau menghabiskan waktu kita hanya untuk menonton kehidupan orang lain? Sudahlah, saya udah kehabisan ide, udah mentok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun