1. Tak Selamanya Pandangan Kritis Diperlukan
Dalam sebuah meeting hal model begini sering kali terjadi, terlepas dari diskusi itu terjadi dengan berbagai model karena ada kasta di sana. Misalnya kita sedang menerangkan sesuatu, pasti ada saja orang yang langsung menginterupsi dan memaparkan pandangannya.Â
Bahkan parahnya terkesan tendensius. Saya sih tidak anti ya, saya juga awalnya di kampus hobi berdebat. Tapi makin ke sini saya sadar bahwa kurang tajamnya bahasa yang digunakan seseorang dalam menjelaskan sesuatu tidak berarti pemahamannya akan topik yang disampaikannya kurang.Â
Boleh saja kita mempertajam atau memperjelas pernyataan orang tersebut, tapi jangan membuat kesan kalau dia kurang paham.
Karena tak semua manusia diciptakan pandai berbicara. Sama halnya tak semua orang diciptakan untuk pandai menulis puisi dan merangkai kata. Jangan dikira orang yang tak bisa bikin puisi itu tak tahu artinya rindu atau cinta atau apalah, jangan-jangan mereka lebih sensitif soal rasa, hanya saja sulit menuangkannya dalam bentuk bahasa.Â
Sebab terkadang saat kita berbicara, kita selalu menggunakan perspektif kritis untuk mencari celah yang dapat menonjolkan serta membangun citra diri semata. Kita berusaha membuat orang gagal fokus dengan menyeret perhatian mereka.
Saya tak bilang berpikir kritis salah loh ya, tapi maksud saya lihat momennya. Agar saat kita mengutarakan pandangan, tujuannya memang untuk mempertajam dan menggali topik yang dijelaskan, bukan untuk mengintimidasi atau menjatuhkan.Â
Itu sebab, ada kalanya kita perlu kayak yang Ariel Noah bilang tak perlu berpikir hanya perlu memahami hehe. Justru orang yang kritis, terkadang harus bisa menangkap sebuah maksud dalam pemaparan bahasa yang lemah.
2. Disuruh Bikin Pertanyaan malah Bikin Pernyataan
Pernah nggak ngelakuin yang beginian? Saya sih sering haha. Biar kelihatan pintar. Biasanya dalam sebuah diskusi kan ada tuh sesi buat bertanya, nah kadang-kadang kita tuh bukannya bertanya tapi malah menyampaikan pernyataan.
Nggak apa-apa sih kalau pernyataan yang disampaikan hanya untuk menjelaskan sedikit kronologis atau contoh agar pertanyaannya lebih tajam dan dimengerti. Mirip soal cerita dalam pelajaran matematika waktu kita SD lah.