Semua manusia pasti pernah merasa lelah. Apalagi kita yang bekerja dan sehari-harinya penuh dengan rutinitas yang membutuhkan banyak energi, fokus, dan perhatian. Kadang-kadang walau bekerjanya masih besok, lelahnya sudah terasa di hari ini. Kok bisa ya? Padahal kerjanya kan masih besok. Nah inilah yang membuktikan kalau lelah itu tidak melulu persoalan aktivitas fisik semata. Lelah itu apa sih?
Lelah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti sebagai berikut;Â penat, letih, payah, lesu, dan tidak bertenaga.
Jika kita lihat kata penat di atas, kata ini lebih tepat untuk menggambarkan suatu kondisi yang menyerang pikiran. Tak pernah kan kita berkata "tubuhku penat." Barulah untuk mendeskripsikan kondisi fisik biasanya kita memakai kata lesu, letih dan tidak bertenaga. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa lelah tak hanya di alami tubuh semata, pikiran pun punya rasa lelahnya sendiri.
Dulu saya pernah bekerja sebagai pembongkar pupuk saat di Pekanbaru. Selain berat pupuk-pupuk itu pun licin, berdebu, dan untuk jenis tertentu tak jarang membuat kulit perih dan luka. Kalau sudah lelah biasanya kami istirahat sejenak, memesan minuman dingin, makan, ngobrol ngarul ngidul, lalu kembali bekerja.
Tak sampai berjam-jam tenaga kami sudah pulih kembali. Hal ini membuat saya yakin kalau lelah secara fisik lebih mudah di pulihkan dari pada lelah secara pikiran. Tapi tentu kalau lelah yang dialami secara fisik berlebihan dampaknya juga bisa fatal hingga jatuh sakit. Oleh karena itu jangan sampai lelah kita melewati batas maksimal hingga menjadi sebuah rasa kelelahan.
Karena saya bukan seorang dokter yang bisa menjelaskan kondisi lelah ini secara medis, maka saya bakal ceritakan berdasarkan pengalaman pribadi saya saja. Tapi untuk menambah referensi, saya coba mencari referensi tentang arti kelelahan.
Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara keadaan kelelahan memiliki arti  kepenatan atau kepayahan. Sedangkan secara emosional, kelelahan adalah sesuatu yang dirasakan serta diekspresikan dalam bentuk perasaan frustasi, putus asa, merasa terjebak, tidak berdaya, tertekan dan merasa sedih atau apatis terhadap suatu hal. Secara mental, kelelahan dapat diartikan sebagai rasa ketidakpuasan terhadap diri sendiri, ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan hidup secara keseluruhan, serta merasa tidak kompeten atau merasa rendah diri.
Saya percaya definisi kelelahan yang saya tulis di atas bukan sekedar kondisi yang tertera di kamus. Bukan sekedar definisi definisi yang dimaksudkan hanya untuk membuat arti kata yang lebih spesifik belaka. Bukankah tak jarang kelelahan yang kita alami muncul dalam bentuk kepenatan dan kepayahan? Saya yakin kelelahan yang diakibatkan kerja fisik tak akan pernah membuat seseorang merasa penat. Kalaupun lelah paling hanya bersifat temporer, hanya sebentar saja. Tapi jikalau manusia mengalami kelelahan secara pikiran, hal itulah yang menimbulkan kepenatan dan kepayahan. Mau berdiri saja mungkin rasanya susah.
Dalam beberapa kasus yang saya tahu, salah satu sifat yang dapat membuat pikiran kita mengalami kelelahan ialah sifat  perfectionists. Contoh sederhananya mungkin dalam hal penampilan. Bedakan orang  yang fashionable dengan orang yang narsis. Tuntutan seorang yang  fashionable ialah agar terlihat up to date, cantik, ganteng, dan nyaman dilihat.
Sedangkan orang yang narsis lebih berbelit-belit. Dia tak hanya menyangkut hal-hal yang terlihat. Orang yang narsis menyimpan banyak hal tersembunyi.Mungkin aslinya dia bukan orang yang modis, tapi karena suka menjadi pusat perhatian dalam moment tertentu dia bisa berubah menjadi sangat  gaya. Saya tidak bilang itu salah, tapi sifat narsis dapat membuat kita kelelahan. Narsis tak melulu menyangkut hal penampilan, dia juga menyangkut citra.
Sebenarnya narsis itu sehat jika diterapkan dalam tahap wajar. Selain bisa menimbulkan kesenangan, narsis juga membuat kita kritis terhadap gambar diri kita. Namun kalau sudah berlebihan, percayalah hal itu sangat melelahkan.Ingin selalu terlihat berwibawa, manis, sempurna, lucu, hingga ingin di senangi semua orang.