Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Maukah Kita, Jika Tuhan Memberi Tahu Kapan Kita Akan Mati?

12 Agustus 2016   06:56 Diperbarui: 12 Agustus 2016   07:40 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu seorang teman mengajak saya pada sebuah persekutuan muda-mudi yang rutin di ikutinya.Saya pun ikut.Setelah jarum jam menunjuk angka lima kami pun bergegas menyusuri jalanan macet kota Bandung.Sampai ditujuan kami beserta yang lain pun istirahat sejenak, makan, baru kemudian memulai persekutuan.Topik yang di sharingkan pada waktu itu menurut saya amatlah menarik.

Si pembicara menyuruh kami membuka sebuah situs web (saya lupa alamat web nya).Web itu memang konyol, tapi ada saja orang iseng yang membuatnya.Jadi web itu adalah sebuah web yang bisa memprediksi kapan kita akan mati.Tampilan web nya memang horor.Walaupun terkesan guyon tetap saja ada di antara kami yang awalnya takut untuk mengetahui kapan kami akan mati.Cara kerja nya gampang, kami tinggal memasukan nama dan tanggal lahir pada kolom yang disediakan, klik ok, maka akan muncul sisa waktu hidup masing-masing dari kami.Yang membuatnya makin seram ialah, setelah muncul tahun dimana kita akan mati, dibawahnya ada angka yang menghitung mundur, detik demi detik.Menanggapi ini kami hanya tertawa-tawa saja.

Setelah tahu kapan kami akan meninggal, si pembicara meminta kami untuk menjawab sebuah pertanyaan, dan semua wajib menjawab.

"Misalnya nih, kalau Tuhan, mau membocorkan waktu, kapan kita akan mati, kira-kira kalian mau tahu nggak?"

Dari sekian banyak orang, jawabanya pun berimbang.Ada yang menjawab mau.Alasanya, agar bisa prepare dan masuk surga, bisa menyelesaikan apa yang belum sempat diselesaikan, dan lain sebagainya.Yang bilang tidak mau tahu juga punya alasan masing-masing.Seperti, hidup akan tidak tenang kalau tahu kapan kita akan mati, merasa di kejar waktu, dan tak perlu tahu kapan mati untuk melakukan hal-hal baik.Ada beraneka ragam alasan yang berdiri dibelakang pertanyaan tersebut.Seperti yang dikatakan si pembicara, disini tak ada jawaban yang salah, semua benar.

Pertanyaan kedua pun muncul."Kalau Tuhan ngasih kalian umur sesuai yang kalian mau, kira-kira sampai usia berapa kalian ingin hidup?"Pertanyaan ini harus di jawab dalam angka.Ada yang tidak tahu dan tak menjawab, ada yang menjawab 90 tahun, 70 tahun, dan 85 tahun.Ada alasan juga kenapa tak ingin hidup lama-lama dimata anak-anak muda ketika itu.Misalnya takut sakit-sakitan, takut bosan hidup dan takut merepotkan keluarga karena harus mengurus-urus kalau sudah terlalu tua.

Sebenarnya bukan kematian  yang jadi pembahasan inti ketika itu.Setidaknya itulah yang saya tangkap.Sang pembicara ingin menyampaikan tentang betapa berharga nya waktu.Terlepas dari kita tahu atau tidak  kapan kita akan mati, toh kita pasti mati.Sang pembicara melanjutkan, kalau kita diberi sebuah tugas besar di kampus tapi tahu kalau tugas itu tak akan di kumpulkan pasti kita tidak akan mengerjakanya.Tapi kalau kita diberi tugas kecil tapi tahu kalau tugas itu akan dikumpulkan dan menjadi syarat kelulusan, pasti kita akan mengerjakanya dengan baik.

"Kenapa?"Dia bertanya.

Karena kita manusia memiliki kecenderungan untuk mengabaikan hal-hal yang tak akan dimintai pertanggung jawabanya.Lalu bagaimana dengan waktu yang diberikan Tuhan selama kita hidup, bukankah semua itu harus di pertanggung jawabkan? Saya mengangguk-angguk.Saya jadi ingat sebuah video pidato Steve Jobs di Stanford University yang pernah saya tonton (silahkan dilihat sendiri)


Dalam video ini Steve Jobs berbicara tentang tiga hal, dan hal ketiga yang dia bicarakan ialah kematian.

"sewaktu saya berusia 17 tahun saya pernah membaca sebuah kutipan yang kurang lebih bunyinya begini;jika kau menjalani setiap hari seolah itu hari terakhirmu, maka suatu saat nanti itu bisa jadi benar." Tentu ini hanya lelucon dari Steve.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun