Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tips Menulis Stephen King: Jangan Pernah 'Mencuri' Gaya Orang Lain!

30 Maret 2016   15:00 Diperbarui: 30 Maret 2016   15:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.theguardian.com"][/caption]"You can't aim a book like a cruise missile". Demikian bunyi pepatah King. Ketika Anda memilih untuk meniru gaya penulis lain dari pada melatih kemampuan diri sendiri, Anda tidak akan menghasilkan apa pun kecuali sebuah "barang tiruan". Ini karena Anda tidak akan pernah bisa meniru dan menyamai secara persis apa yang dirasakan dan dialami oleh seseorang.

Sebagai seorang penikmat yang bukan pakar, bukan pula seorang penulis besar yang telah menulis puluhan buku best seller yang telah diterjemahkan kedalam jutaan bahasa asing, rasanya tak salah bila saya mencoba men-sharingkan ilmu yang saya dapatkan soal dunia tulis menulis yang beseluk seluk ini.Seperti yang kita ketahui bersama, nilai dari sebuah karya terletak pada orisinilitasnya.

Kalau itu sebuah buku, bukan tebal atau tipisnya yang membuat buku itu bernilai, tidak pula sampul atau kertasnya melainkan isinya; teks yang tertulis pada setiap lembar nya.Mengutip salah satu petuah menulis dari Stephen King yang mengatakan "jangan pernah mencuri gaya orang lain," maksudnya adalah;sudahlah tak perlu menjadi orang lain, jadi diri sendiri saja,apa lagi sampai meng-copy paste secara membabi buta tulisan orang lain lalu mengakuinya sebagai tulisan kita.

Masih ingat kasus plagiat yang dilakukan oleh beberapa kaum intelek kita?Berikut saya cuplik beberapa di antaranya:

25 Maret 2000
Universitas Gadjah Mada (UGM) mencabut gelar doctor Ipong S Azhar. Disertasinya yang diterbitkan menjadi buku berjudul "Radikalisme Petani Masa Order Baru: Kasus Sengketa Tanah Jenggawah" pada pertengahan 1999 ternyata menjiplak karya peneliti LIPI bernama Mochammad Nurhasim.

8 Februari 2010
Prof Anak Agung Banyu Perwita, dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dosen akibat skandal plagiarisme. Artikelnya di sebuah suratkabar harian Jakarta post (16/11/2009) berjudul "RI as a New Middle Power?" menjiplak karya tulis ilmiah milik Carl Ungerer, "The Middle Power Concept in Australian Foregin Policy" di Australian Journal of Politics and Histroy : Volume 53 Number 4, pada 2007.

15 April 2010
Reputasi Institut Teknologi Bandung (ITB) tercoreng setelah alumninya, Dr. M. Zuliansyah, melakukan plagiarisme. Makalahnya berjudul "3D Topological Relations for 3D Spatial Analysis" terbukti menjiplak makalah berjudul "On 3D Topological Relationship" karya Siyka Zlatanova yang diterbitkan di jurnal IEEE.

24 Agustus 2011
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan Guru Besar Universitas Riau (UNRI) Prof Dr. Isjoni Ishaq Msi terbukti melakukan plagiarisme dalam membuat buku judul "Sejarah Maritim". Buku dimaksud merupakan jiplakan dari Buku Budaya Bahari Karya Mayor Jenderal (Marinir) Joko Pramono pada 2005.

17 April 2012
Universitas Lampung (Unila) memastikan telah memecat calon guru besar FKIP berinisial BS yang diduga melakukan plagiat karya ilmiah keputusan itu diambil setelah tim verifikasi berhasil membuktikan pelanggaran kode etik dosen tersebut.

4 Maret 2012
Senat akademik UPI Bandung menjatuhkan sanksi penurunan jabatan dan golongan bagi tiga calon guru besar karena terbukti melakukan plagiarisme. Mereka adalah Dr. Cecep Darmawan (Direktur Kemahasiswaan UPI & Rektor Universitas Subang), Dr. B Lena Nuryanti (Dosen FPIPS UPI), dan Dr. Ayi Suherman (Dosen UPI Kampus Sumedang).

7 Februari 2014
Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha (YPTKM) memberhentikan sementara Rektor Universitas Kristen Maranatha (UKM) Dr. dr. Felix Kasim MKes. Pemberhentian itu berkaitan dengan proses penyelidikan dugaan plagiarisme yang dilakukan Felix. Felix Kasim diduga telah melakukan plagiarisme terhadap sejumlah karya ilmiah mahasiswanya.

17 Februari 2014
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag Anggito Abimanyu mengundurkan diri dari jabatan dosen di UGM. Sikap ksatria itu dilakukan menyusul tuduhan plagiarisme yang dilakukan Anggito terhadap artikelnya "Gagasan Asuransi Becana" yang terbit di harian Kompas, 10 Februari 20174. Tulisan ini memiliki kesamaan dengan artikel Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan berjudul "Menggagas Asuransi Becana".

2014
Wakil Rektor II Unhas Dr. dr. Wardihan A Sinrang MS diduga menerbitkan hasil penelitian orang lain dengan judul "Effect of Isolated Active Compound (BV103) of Boehmeria Virgata (Forst) Guil Leaves on Anti- Proliferation in Human Cervix Hela Cells Through Activation of Caspase 3 dan p53 Protein" yang dimuat di jurnal Tropical Medicine & Surgery (TMS), Vol.1, Issue 3, 2013. artikel itu memiliki kesamaan/ kemiripan dengan judul sama yang di muat di majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol 16, No 3 November 2012, Halaman 115-120.

(sumber Okezone.com)

Tentu maksud mencuri disini bukan plagiat atau meng-copy paste secara mutlak karya orang lain, namun tak ada salahnya saya ingatkan sebagai alarm agar kita tak menimbun malu yang akan menghujam kita dikemudian hari.Lihat saja contoh contoh yang saya kutip di atas, bukankah hal tersebut tindakan yang tak terpuji.Mencuri disini tak selalu memiliki arti mengambil apa yang menjadi milik orang lain.

Melainkan juga bisa dilakukan secara tidak langsung hingga di bawah alam sadar. Contohnya kita suka membaca novel karya Andrea Hirata, lalu karena kita merasa gaya menulis nya keren maka kita pun mencoba coba menulis dengan gaya penulis buku laskar pelangi tersebut. 

Kalau sukses sih nggak masalah, lah kalau hal tersebut malah membuat pikiran kita mentok bagaimana? Kita sebagai pembaca buku Andrea Hirata belum tentu memiliki wawasan hingga intelektualitas seperti Andrea Hirata, dan bukankah kita lahir dari latar belakang yang berbeda. Artinya kita dan dia berbeda, setiap kita memiliki kekhasan serta keunikan masing masing.Belum lagi bicara sudut pandang dalam melihat sesuatu, tentu obsesi kita meniru gaya tulisan seseorang malah akan menyulitkan kita saat menulis.

Semangatnya sih tidak masalah untuk ditiru, bahkan ritual menulisnya pun tak salah untuk dipraktekan agar kita bisa menjadi penulis yang berhasil.Namun kalau sudah bicara gaya menulis alangkah baiknya kita melatih kemampuan sendiri seperti kata Stephen King. Terpengaruh oleh penulis favorit kita adalah hal yang wajar, hal itu bukanlah sebuah 'dosa' dalam menulis.Namun kembali pada pernyataan King, bahwa kita tidak bisa seratus persen merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, penting buat kita belum tentu penting buat orang lain. Oleh karena itu janganlah terlalu terobsesi dengan gaya tulisan seseorang, mengagumi boleh tapi memaksakan diri untuk menirunya seratus persen sebaiknya jangan.

Lagian bukankah jika kita ingin mengirimkan sebuah karya dalam bentuk naskah pihak penerbit selalu mencantumkan bahwa karya tersebut harus orisinil?lihat dunia suka yang orisinil dari pada yang tiruan.Seperti yang dikatakan Pepih Nugraha,"sebaik baiknya karya adalah karya yang dihasilkan sendiri dan bukan hasil menjiplak karya orang lain."Semoga tips kali ini dapat membangun rasa percaya diri kita untuk menulis dengan gaya sendiri.

Untuk tips menulis selanjutnya akan ditulis pada artikel berikutnya, salam :)

Tips Menulis pada artikel sebelumnya:

  1. Tips ala Stephen King: Menulislah untuk Dirimu Sendiri, Baru Pikirkan Pembaca
  2. Tips Jadi Penulis Hebat dari Stephen King: Jangan Terlalu Pikirkan Grammar
  3. Stephen King: Menulislah untuk Kesenangan!
  4. Tips Menulis dari Stephen King: Jangan Berlebihan!

Bandung, 30 Maret 2016

penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun