Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencoba Memahami Kaum LGBT Sebagai Manusia Biasa

11 Februari 2016   15:16 Diperbarui: 11 Februari 2016   15:23 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi

Selama ini mungkin sudah banyak yang menuliskan sudut pandangnya  mengenai kaum Kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) ditanah air.Dari mulai masyarakat biasa hingga tokoh tokoh papan atas tanah air.Sudut pandangnya pun beragam, ada yang melihatnya dari sudut pandang agama, hukum, kebencian, kebebasan, norma norma sosial hingga memandangnya secara membabi buta.Menarik menyimak artikel yang ditulis oleh Motulz Anto berjudul LGBT, Bagaimana Sebaiknya Kita Harus Bersikap? dalam tulisan tersebut ditekankan bahwa kita tidak boleh mencampur adukan segala sudut pandang, atau katakanlah keilmuan, keyakinan, serta hukum dan norma yang berlaku seperti gado-gado, intinya jangan di campur adukan karena yang ada malah membuat situasi semakin kisruh.

Saya sih bukan Psikolog apa lagi dokter.Jadi untuk bicara asal usul, lebih mendalam, atau lebih jauh saya tak punya kapasitas.Yah bisa saja sih saya cari cari di internet, tapi tetap saja saya tak punya cukup legalitas untuk menyampaikanya, apakah para kaum LGBT ini adalah korban lingkungan ataukah bawaan Lahir (Gen).Saya rasa entah itu karena faktor lingkungan atau bawaan lahir, kedua duanya , setidaknya dalam waktu jangka panjang dapat di cegah pertumbuhanya.Disitulah pentingnya peran Ahli dan riset yang berkelanjutan.Pada dasarnya LGBT hanyalah manusia manusia biasa, namun nah inilah bagian yang sensitifnya;memiliki orientasi seksual dan perasaan yang tidak umum.Pada dasarnya (kodrat) manusia diciptakan berpasang pasangan yaitu antara laki-laki dan wanita.Itu sebabnya ada kisah tulang rusuk, itu sebabnya ada kisah Adam dan Hawa.Dalam konteks agama, dua kisah di atas saja telah meng-clear kan bahwa hubungan yang dilakukan dan diperjuangkan oleh kaum LGBT adalah salah.Ingat saya bilang hubunganya (relationship) bukan manusianya!

Dalam tulisan saya yang berjudul (MDK 10) Tak Semua Penjara Memiliki Dinding, saya coba menerangkan betapa mahalnya harga sebuah kebebasan, mahal sekali.Tentu bukan kebebasan yang kebablasan namun kebebasan yang memang termaktub dalam esensi dasar hidup dan hak asasi manusia.Seperti yang pernah saya dengar dari Mohammad Mahfud MD (mantan Hakim Konstitusi) bahwa hak asasi manusia pun boleh dibatasi demi kepentingan umum yang lebih luas!.Nah disinilah kebebasan berekspresi, hidup terang-terangan, bahkan kalau perlu dilegitimasi, yang ada dalam keinginan kaum LGBT bertabrakan atau terbentur dengan seluruh sendi hingga serat serat ke Indonesiaan kita.Kita bukan Amerika bung!

Pada dasarnya Negara hingga masyarakat tak pernah mencoba 'menganak tirikan' kaum LGBT.Mereka boleh bekerja, nyoblos di pemilu, main ke Mall, bekerja dan lain sebagainya.Namun saat masyarakat tahu bahwa seseorang tersebut, contoh;terdapatlah seorang Lesbian, tanpa bermaksud membenarkan, lalu beberapa teman wanita si orang tersebut mulai menjauh karena takut terjadi sesuatu.Itu adalah respon yang lumrah menurut saya.Tak beda saat kita mendengar seseorang terkena penyakit ini, penyakit itu pasti kita akan berusaha menjaga jarak dengan maksud melindungi diri agar tak tertular.Nah itu jugalah yang dilakukan atau dilontarkan para tokoh hingga masyarakat;mereka tak ingin masyarakat rusak moralnya, mereka tak ingin negaranya hancur (ingat kisah Sodom Gomora) oleh karena itu menentang hak hak istimewa hingga legitimasi para kaum LGBT adalah sebuah respon yang wajar kalaupun tak dapat dikatakan benar.

Masih ingat kehebohan yang ditimbulkan oleh CEO Apple, Tim Cook, saat dia mengaku sebagai seorang Gay.Dia itu tinggal di Amerika loh yang secara hukum memang telah melegalkan pernikahan sesama jenis, tapi lihat tetap saja hal itu menimbulkan kehebohan, terlepas dari dia adalah orang penting disebuah perusahaan ternama.Apa lagi Indonesia yang secara masih sangat kental unsur ketimuranya ini.Jika kalian pernah membaca kisah Alan Turing, atau menonton film berjudul The Imitation Game disana di ceritakan bagaimana kehidupan orang yang telah membantu Inggris memenangi perang atas Jerman tersebut harus berakhir tragis.Dia harus dikebiri dengan meminum obat terapi hormon.Apa sebabnya?karena pada saat itu hukum di inggris memang tidak memperbolehkan terjadinya hubungan sejenis.Ingat hukum.Pada saat itu di Inggris jika ada seseorang yang ketahuan memiliki orientasi seksual yang demikian maka dapat dipenjarakan.

Saya sih tak ingin menghakimi siapapun, dilematis, mungkin itulah kata yang tepat untuk melihat kejadian ini dari dua sisi;Kaum LGBT dan kita yang katakanlah menentang cara mereka berhubungan dengan sesama jenis.Lalu bagaimana jika mereka berhubungan secara diam diam, entahlah, di obati agar mereka normal kembali adalah pilihan terbaik menurut saya.Kalau mereka, dan memang sudah pasti, melakukanya secara 'kucing kucingan' biarlah Tuhan yang menjadi hakimnya.

Janganlah dulu bicara hukum.Bicara misi Presiden saja dulu tentang Revolusi Mental, jika LGBT ini dibiarkan atau katakanlah berkembang, mental mental apa yang di revolusi.Bukankah para LGBT itu juga adalah 'pasien' yang harus direvolusi bukan hanya saja mentalnya namun kehidupanya juga.Saya cek di internet ada beberapa cara menyembuhkan kaum LGBT  cek disini.Menyembuhkan saya pikir adalah solusi yang paling tepat, toh itu bagian dari revolusi mental juga kan.

Intinya sangat sulit, untuk memberikan apa lagi melegitimasi kebutuhan dan keinginan kaum LGBT dalam konteks hubungan dan seksual untuk saat ini.Semua penjabaran yang panjang tentang alasan alasan kenapa hal itu sangat sulit untuk dilakukan sudah terangkum dalam satu kata 'Indonesia' ya karena kita ini Indonesia yang dengan segala kebejatan dan kekuranganya masih terus berusaha memegang nilai nilai yang di perintahkan oleh agama serta nilai nilai dan norma ketimuran kita.Dilematis memang, apa lagi saat mendengar pernyataan bahwa merekapun, para kaum LGBT itu tak ingin terlahir sebagaimana mereka ada saat ini.Tapi ini Indonesia bung...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun