Mohon tunggu...
Sukamto Suparno
Sukamto Suparno Mohon Tunggu... -

Saya dosen Universitas Widyagama Malang. Aktif meneliti produk pangan pengendali obesitas dan kegemukan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Indonesia Hadapi Krisis Penduduk yang Kegemukan dan Obesitas

20 Oktober 2016   08:40 Diperbarui: 20 Oktober 2016   14:59 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: hungarytoday.hu

Permasalahan penduduk yang mengalami kegemukan tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi pada masyarakat dunia, Menurut Institut Pengukuran dan Evaluasi Kesehatan (IHME,2016) jumlah orang gemuk di dunia naik dari 875 juta orang pada 1980 menjadi 2,1 miliar orang pada 2015, sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa pada tahun 2005 secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas.

Pada 2016 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat. Tahun 2007, di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitas pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Riset Institut Pengukuran dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Amerika Serikat merujuk Riset Kesehatan Dasar 2007 dan 2010, Indonesia masuk 10 besar negara dengan orang gemuk terbanyak (nationalgeographic.co.id tahun 2016). Laporan WHO, 2010 memperkirakan pada tahun 2030 penderita kegemukan dan obesitas mencapai 50 % dari jumlah penduduk dunia.

Obesitas telah kualami (koleksi pribadi)
Obesitas telah kualami (koleksi pribadi)
Resiko kegemukan dan obesitas. Kegemukan sebagian besar terjadi akibat dari konsumsi bahan pangan yang menghasilkan kalori tinggi dan kemampuan tubuh untuk membakar kalori tersebut lebih rendah dari pada konsumsinya. Kondisi tersebut menyebabkan kalori disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak dan terjadi kegemukan dan obesitas.

Over weight (berat badan yang berlebihan) dan obesitas dapat memicu berbagai gangguan kesehatan pada tubuh manusia diantaranya : tekanan darah tinggi (hipertensi), pernapasan, tidur ngorok (mendengkur), gangguan tulang punggung, diabates, kolesterol, stroke, jantung, masalah kulit, gangguan lambung, nyeri lutut  dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa gemuk belum tentu menandakan kemakmuran bagi masyarakat.

Mengendalikan kegemukan dan obesitas. Jika tubuh mengalami kenaikan berat badan dan tidak diikuti dengan pertumbuhan tinggi badan harus mulai hati-hati. Untuk mengetahui apakah tubuh sudah mengalami kegemukan atau obesitas dapat diukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan cara membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (meter) kuadrat.

                   Berat badan (kg)

IMT =    -------------------------------

                    Tinggi badan (m) 2

Jika hasilnya kurang dari 18,4 berarti badan kurus;18,5-24,9 berarti berat badan ideal; 25 – 29,9 kelebihan berat badan (over weight); Lebih dari 30 kategori obesitas.

IMT secara umum digunakan  untuk mengukur tingkat obesitas pada pria dan wanita, namun tidak berlaku bagi : (1). orang-orang yang membangun otot, seperti bina raga; (2). Untuk orang yang kehilangan massa ototnya atau massa otot abnormal dan 3. orang yang lanjut usia kurang akurat.

Banyak cara untuk mengendalikan agar tubuh tidak mengalami kegemukan dan obesitas telah banyak dibicarakan dalam berbagai media baik cetak, elektronik dan media sosial diantaranya (1). Minum air putih dan mengurangi minuman bersoda dan bergula dapat membantu melarutkan lemaktubuh. (2). Memperbanyak makan makanan berserat baik dari buah, sayur dan hindari makanan camilan. Hal ini dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga tidak terjadi kelebihan konsumsi kalori. (4) Olah raga teratur. (5) Melakukan pola hidup sehat. (6). Jika berat badan mulai melebihi batas normal, perlu sedikit mengurangi konsumsi karbohidrat seperti nasi, keripik, kentang goreng, mengurangi konsumsi lemak seperti makanan yang digoreng, margarin dan mengurangi konsumsi semua makanan yang diolah memakai gula seperti sirup, permen dan selai.

Sorgum bahan pangan potensial sebagai pengendali kegemukan (koleksi pribadi)
Sorgum bahan pangan potensial sebagai pengendali kegemukan (koleksi pribadi)
Potensi bahan pangan lokal sebagai produk pangan pengendali kegemukan. Sebenarnya nenek moyang kita telah banyak memberikan introduksi kepada kita semua bahwa banyak bahan pangan lokal yang dapat dikembangkan sebagai bahan pangan pengendali kegemukan. Hal ini terbukti nenek moyang kita lebih tahan penyakit, berat badan ideal dan konon umurnya lebih panjang. Sebagai contoh adalah nasi jagung, nasi sorgum, nasi tiwul, gethuk, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun