Madumongso sekarang sudah mulai asing terdengar di telinga kita karena keberadaanya sudah mulai jarang ditemui, kalaupun ada biasanya di wilayah pedesaan dan dijumpai pada saat ada hajatan atau suguhan pada hari raya idul fitri. Madumongso juga merupakan warisan budaya Jawa dan disajikan pada saat punya hajat besar (pernikahan, hari-hari besar dan ritual khusus). Jika ditelusuri madumongso merupakan makanan ringan asli produksi orang Jawa secara turun temurun.
Produk tersebut dibuat dari bahan ketan hitam yang dicampur dengan ketan putih selanjutnya dikukus dan difermentasi menggunakan ragi tape. Tape ketan hitam tersebut merupakan bahan dasar yang selanjutnya diolah lagi dengan menambahkan gula santan kelapa kanil kemudian adonan dimasak dalam sebuah wajan dan diaduk sehingga membentuk adonan yang legit dan mudah dibungkus.
Tentu produk madumongso tersebut memiliki citarasa asam manis yang khas dan enak. Kalau dilihat dari prosesnya produk madumongso tidak menggunakan bahan kimia dan semuanya proses mengggunakan bahan alami seperti ketan hitam, ragi tape, gula dan santan kelapa, kandang-kadang ditambah pasta nanas.
Madumongso memiliki prospek pasar dalam negeri yang cukup baik. Hasil komunikasi dengan UKM penghasil madumongso di Kabupaten Blitar menjelaskan bahwa sistem pemasaran madumongso dilakukan dengan bermitra dengan komunitas ”SEGORO”yang berpusat dikota Blitar. Komunitas tersebut mengelola tentang pengadaan 1000parsel dan pembinaan pasar untuk luar negeri.
Model pemasaran dilakukan dengan 2 cara yaitu : (1).Konsumen datang langsung pada stan Rumah Jenang ”Kelapa Sari”. Pada lokasi tersebut konsumen/wisatawan dalam melihat langsung proses pembuatan jenang, madumongso, dan wajik klentik. Toko menyediakan berbagai macam produk UKM dari berbagai wilayah Blitar. (2) Pemasaran madumongso juga dilakukan dengan kerjasama dengan berbagai toko.
Untuk memperluas segmentasi pasar, UKM bekerjasama dengan berbagai toko penjual produk UKM di berbagai kota seperti Jogjakarta, Malang, Kediri, Jember, Tuban, dan hampir seluruh kota di Jawa Timur kecuali Kabupaten Pacitan. Sedangkan yang antar pulau produk madumongso sudah dipasarkan di Pulau Kalimantan, Bali, Sumatera, Batam dan Sulawesi. Kusus untuk pasar luar pulau terkendala pada distribusi/pengiriman, sehingga model penjualan dilakukan pada saat pengusaha dari luar pulau tersebut datang ke Blitar sambil kulakan untuk dibawa pulang dan dijual
Pasar Luar Negeri
Madumongso sebenarnya memiliki potensi yang besar sebagai produk andalan asli Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Hasil penelusuran penulis pada salah satu Industri Kecil/Menengah Kelapa Sari di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa madumongso yang mereka produksi telah menembus pasar ekspor. Negara-negara yang telah membeli dan merasakan madumongso buatan UKM Kelapa Sari Kabupaten Blitar Jawa Timur adalah Hongkong, Arab Saudi, Taiwan, Malaysia dan Singapura.
Pemasaran luar negeri saat penulis menggali data dilakukan oleh Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hongkong yang mampu memasarkan produk madumongso 1 (satu) Kuintal per tahun. Disamping itu produk madumongso juga dibawa oleh TKI pada saat pulang ke Blitar dan dijual di Negara tujuan seperti Arab Saudi, Taiwan, Malaysia, dan Singapura. Jika dijumlahkan produk madumongso yang terjual di Luar Negeri hampir 1ton per tahun.
Model pemasaran dengan memanfaatkan jasa TKI yang bekerja di Luar Negeri cukup efektif untuk memperkenalkan produk-produk asli Indonesia. Namun seharusnya tidak berhenti begitu saja harus ada tindak lanjut dari pihak-pihak yang berwenang/Pemerintah untuk pengembangan pasar Luar Negeri pada masa-masa mendatang.