Pengorbanan Hajar dengan berlari tujuh kali ternyata tidak sia-sia. Allah Swt membalas dengan adanya gundukan tanah basah di hadapannya dan ternyata setelah digali ia merupakan sumber air yang sekarang terkenal dengan sumber air zam-zam dengan mata air yang tidak ada habisnya. Setelah itu mulailah burung-burung berdatangan diikuti oleh kabilah-kabilah dan padang pasir yang awalnya gersang tersebut berubah menjadi kawasan ramai yang banyak disinggahi orang.
  Setelah lama Ibrahim meninggalkan isteri dan anaknya, akhirnya ia menemui dan alangkah terharunya ternyata isteri dan anaknya dalam keadaan segar bugar dan sejahtera. Ia pun saat itu bersujud memuji Allah Swt.Tidak berselang lama Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah Swt yang cukup mengagetkan, yaitu perintah  untuk menyembelih anaknya Ismail AS. Hal ini barangkali pengorbanan yang terbesar yang dialami oleh Ibrahim AS. Ibrahim tetap tegar bahkan ia sempat menanyakan hal ini kepada anaknya Ismail. Bagai gayung bersambut, Ismail rela berkorban demi menjalankan perintah Allah Swt.
  Allah Maha Mengetahui ketulusan dan pengorbanan hambaNya sehingga ia mengganti pengorbanan diri tersebut dengan seekor domba, suatu kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya.      Â
  Oleh karerna itu prolog di atas -mengenai pengorbanan Ibrahim isteri dan anaknya-  harus menjadi cambuk bagi seorang muslim yang hendak berkurban, sebab  secara sosiologis agama berarti suatu jenis system sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang tertumpu pada kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat pada umumnya.
   Agama disebut system sosial karena agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan, suatu system sosial yang dapat dianalisis karena terdiri dari berbagai macam kaidah dan peraturan yang dibuat saling terkait dan mengarah pada tujuan tertentu.
   Agama sebagai kekuatan non empiris karena agama berurusan dengan kekuatan dari dunia luar yang dihuni oleh kekuatan yang lebih tinggi dari pada kekuatan manusia yang dipercayai adanya. Selanjutnya yang dimaksud dengan keselamatan di atas ialah keselamatan di dalam dunia sekarang dan keselamatan di dunia lain yang dimasuki manusia sesudah kematian.
   Selama motivasi yang ada adalah hal-hal di atas, maka seorang muslim harus tidak boleh ragu lagi dan mempertanyakan apakah pengorbanan harta yang ia lakukan  dengan menyembelih hewan kurban  akan dibalas oleh Allah Swt. Seandainya seseorang masih mempertanyakan eksistensi berkurban, maka sungguh ia telah merusak rangkaian system yang  dianut tersebut.
   Selain itu ibadah ini juga merupakan pembelajaran bahwa kehidupan umat Islam harus senantiasa diliputi oleh pengorbanan. Maraknya kasus korupsi, kolusi dan nepotisme di negara kita ini salah satunya diakibatkan tidak adanya jiwa pengorbanan. Hidup mewah dengan bergelimang harta, ingin dihormati dan disanjung dan senantiasa mencari popularitas dengan mengorbankan aturan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara merupakan bentuk pengorbanan yang naif dan sia-sia karena ia mengorbankan kepentingan umum demi kepentingan pribadi.
   Para pejabat di Indonesia harus banyak belajar dari filosofi berkurban ini melalui nafak tilas perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim yang dengan berbagai tantangan dan rintangannya. Ibrahim rela mengorbankan jiwa raganya demi menjalankan aturan agamanya bukan sebaliknya mengorbankan aturan agama demi kepentingan dirinya. Na'udzu billah tsuma nau'dzu billah.   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H