Mohon tunggu...
TOGI MARITO SIMANJUNTAK
TOGI MARITO SIMANJUNTAK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan

tertarik membahas isu-isu perekonomian dan data analyst

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan, Rem atau Penggerak Pertumbuhan Penduduk di Indonesia?

7 November 2024   18:39 Diperbarui: 7 November 2024   18:46 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang berpendapat bahwa kemiskinan dapat bertindak sebagai penghambat pertumbuhan penduduk. Dalam keluarga miskin, tantangan ekonomi yang dihadapi sering kali membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, kesehatan, dan pendidikan. Dengan demikian, ada kecenderungan untuk membatasi jumlah anak agar pengeluaran rumah tangga lebih terkendali. 

Di perkotaan, khususnya, keluarga miskin mungkin terpaksa menghadapi realitas di mana memiliki lebih banyak anak tidak sebanding dengan biaya hidup yang tinggi. Selain itu, meningkatnya akses terhadap program keluarga berencana di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah juga menjadi salah satu faktor yang menekan angka kelahiran.

Kemiskinan sebagai Pendorong Pertumbuhan Penduduk

Di sisi lain, kemiskinan juga sering dianggap sebagai pendorong pertumbuhan penduduk. Hal ini terutama terjadi di pedesaan atau daerah terpencil di Indonesia, di mana akses terhadap pendidikan dan informasi mengenai keluarga berencana masih sangat terbatas. 

Dalam konteks masyarakat miskin, anak sering kali dianggap sebagai aset ekonomi yang dapat membantu orang tua bekerja atau menghasilkan pendapatan tambahan, khususnya di sektor informal seperti pertanian. Selain itu, dalam banyak budaya tradisional, memiliki banyak anak adalah bagian dari kebanggaan keluarga dan jaminan sosial di masa tua, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses terhadap asuransi atau tunjangan pensiun.

 Data menunjukkan bahwa daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan lebih tinggi cenderung memiliki angka kelahiran yang lebih tinggi. Sebagai contoh, provinsi-provinsi di Indonesia bagian timur yang memiliki angka kemiskinan lebih tinggi juga menunjukkan angka kelahiran yang lebih tinggi dibandingkan daerah-daerah yang lebih makmur.

 Sumber : Badan Pusat Statistik (2024)
 Sumber : Badan Pusat Statistik (2024)

Gambar 2 diatas menampilkan peta Indonesia dengan distribusi rata-rata persentase kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan pada tahun 2015--2024. Warna pada peta menunjukkan variasi tingkat kemiskinan di berbagai provinsi, dengan warna merah terang menunjukkan persentase kemiskinan yang lebih tinggi, sementara warna lebih tua menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang menentukan kemiskinan.(Badan Pusat Statistik, 2024b)

Peran Akses terhadap Pendidikan dan Kesehatan

Salah satu faktor kunci yang menentukan apakah kemiskinan menjadi rem atau pendorong pertumbuhan penduduk adalah akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Masyarakat miskin yang memiliki akses terbatas terhadap kedua aspek ini sering kali kurang memahami pentingnya pengaturan jumlah anak dan kesehatan reproduksi. Akibatnya, angka kelahiran di kalangan keluarga miskin bisa tetap tinggi, meskipun secara ekonomi mereka tidak mampu.

 Sebaliknya, di daerah-daerah dengan akses pendidikan dan kesehatan yang baik, meskipun tingkat kemiskinan masih ada, angka kelahiran cenderung lebih rendah. Di negara-negara yang berhasil menekan angka kelahiran meski di tengah tingkat kemiskinan yang masih tinggi, peningkatan akses terhadap pendidikan perempuan dan layanan kesehatan reproduksi terbukti menjadi faktor utama yang menekan laju pertumbuhan penduduk.

Meski ada pandangan bahwa kemiskinan bisa menjadi rem bagi pertumbuhan penduduk, argumen ini tidak sepenuhnya tanpa tantangan. Beberapa ahli menyatakan bahwa faktor kemiskinan saja tidak cukup kuat untuk menekan angka kelahiran secara signifikan. 

Banyak keluarga miskin di Indonesia justru memiliki anak dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan keluarga yang lebih mapan secara ekonomi. Salah satu alasan utamanya adalah keterbatasan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai, termasuk informasi tentang keluarga berencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun