Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mulai dari Diri Sendiri

6 Maret 2018   11:45 Diperbarui: 6 Maret 2018   11:51 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jenniferleclaire.org

Perangkap terbesar bagi orang-orang yang begitu giat mengerjakan perintah Tuhan adalah legalistik. Sedangkan orang-orang yang liberal biasanya lebih kepada kebebasan yang kebablasan (license). Keduanya tidak berkenan di hadapan Allah sebab yang Dia kehendaki adalah umat yang sadar betul akan ketidakberdayaannya untuk menggapai hidup benar tetapi melakukan sehabis-habisnya usaha mereka mengejar kebenaran Allah. Mereka menyadari bahwa Allah memerdekakan mereka dari perhambaan dosa agar mereka menjadi hamba kebenaran.

Tetapi satu hal yang dapat melepaskan kita dari kokangan legalistik dan license adalah, "Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? - Roma 2:21." Penjaga terbaik kita adalah memulai dari diri sendiri, belajar sebelum mengajar, menegur diri sendiri sebelum menegur orang lain, memurnikan diri sebelum mengulas kemurnian orang lain. Prinsip ini adalah penawar dari legalistik dan license yang terus membombardir umat Tuhan di sepanjang masa. Kita menemukan kedua kelompok itu dalam masa Musa, kita menemukannya dalam kelompok Farisi dan Saduki dan lihatlah dalam gereja hari ini, saya percaya anda dengan mudah menemukan yang mana legalistik dan mana yang license.

Saya sudah merasakan akibat dari legalistik yang membuat saya sangat sempit dan hampa. Saya kehilangan rasa dan sukacita yang sebenarnya merupakan ciri hidup dalam Kristus. Saya cenderung menghakimi orang lain karena memang saya berusaha keras mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rohani secara disiplin, hanya saja tak membuat saya rohani. License membuat saya tersesat dari kebenaran, memang saya kelihatannya sangat enjoy dan bebas serta fleksibel. Pada kenyataannya license membuat saya jauh dari kebenaran Tuhan, hidup dengan tak berkomitmen dan lepas dari disiplin rohani.

1. MEMULAI DARI DIRI SENDIRI MEMBUAT AJARAN KITA OTENTIK

Orang munafik adalah mereka yang mengajar orang lain untuk melakukan sesuatu tetapi ia sendiri tidak melakukannya. Katakan apa yang kita lakukan dan lakukan apa yang kita katakan - itulah paket otentik kita. Jangan ajarkan apalagi menantang orang lain melakukan sebelum kita memastikan hal itu kita lakukan dan menikmati dampaknya secara pribadi. Jangan tunggu dunia untuk berubah, mulailah perubahan dari diri kita sendiri, begitulah caranya kita membuat dunia ini menjadi lebih baik yakni dengan memulai dari diri sendiri.

2. MEMULAI DARI DIRI SENDIRI MEMBUAT AJARAN BERDAMPAK

Seperti kata ahli, "Perbuatan berteriak lebih keras daripada semua perkataan kita!" Orang mungkin terkagum dengan hikmat kita, tetapi mereka hanya akan tergerak oleh hidup kita. Ajaran yang tidak disertai dengan teladan hidup sangatlah garing, tidak berkuasa. Perhatikanlah contohan presiden Joko Widodo, beliau mungkin tidak bisa dikategorikan sebagai public speaker yang baik menurut defenisi banyak orang, tetapi siapa yang bisa menyangkal dampak beliau bahkan di seluruh muka bumi. Hidup tidak bisa disangkal, gaya dan bahasa profesional bisa menipu.

3. MEMULAI DARI DIRI SENDIRI MENJAUHKAN KITA DARI KEMUNAFIKAN

Tuhan Yesus sangat benci orang munafik, tidak perduli seberapa keras mereka belajar, seberapa besar usaha mereka untuk melakukan perintahNya. Orang munafik selalu menjadi "bulan-bulanan" Tuhan Yesus di dalam kitab Injil. Memulai dari diri sendiri adalah cara menghindari kemunafikan, kuatkan hati dalam Tuhan.

Bapa, jauhkan kami dari godaan jabatan dan pengakuan orang lain, tetapi bawa kami lebih dekat kepada hatiMu. Bantu kami agar bisa melihat semua urusan pelayanan dan pemuridan kami adalah antara kami dengan Engkau saja. Amen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun