Jika kita bandingkan rukun Islam ke tiga ini dengan apa yang ditetapkan dalam Ottawa Charter maka akan terlihat kesesuaian dengan apa yang dideskripsikan dari point of action membangun kebijakan umum kesehatan (building healthy public policy) dengan implikasinya terhadap peran masyarakat dalam meningkatkan kemampuan menolong diri sendiri, meningkatkan dukungan sosial dan dukungan dana.
4.Berpuasa di bulan Ramadhan
Rukun Islam ke empat, “berpuasa selama bulan Ramadhan” menegaskan para Muslim tentang pentingnya membatasi makan makanan, sebagai sebuah upaya diet untuk keseimbangan. Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat dari berpuasa terhadap kesehatan klinis. Berpuasa diwajibkan agar setiap Muslim dapat belajar tentang pengendalian diri (Quran 2:183). Selama periode berpuasa, seorang Muslim melakukan pantangan untuk makan dan minum dalam periode waktu tertentu (dari sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam).
Dengan mematuhi hal ini, Muslim sekali lagi dituntut untuk berdisiplin, dan dengan begitu mampu untuk mengalahkan berbagai kebiasaan buruk semisal merokok atau makan secara berlebihan. Menempatkan Rukun Islam ke empat ini dalam Rangkaian Kesehatan Islami, rukun ini juga mengambil posisinya di tengah. Aspek perilaku dapat lebih terkait secara tidak langsung dengan membangun kedisiplinan melalui pengendalian diri sementara manfaat medis yang diperkuat oleh bukti empiris akan menempatkan Rukun Islam ke empat ini kepada keterkaitan langsung (direct link) dengan kesehatan. Fokus terhadap pengendalian diri yang sejenis juga dapat dilihat gagasan promosi kesehatan saat ini.
5.Melaksanakan Haji bagi yang mampu
Setiap tahunnya jutaan Muslim pergi ke Arab Saudi untuk melaksanakan Rukun Islam yang ke lima ini. Rukun ini diwajibkan hanya untuk mereka yang mampu, baik secara finasial maupun fisik, untuk melakukannya sekali seumur hidup. (Quran 3:97; 22:27). Dalam pelaksanaan Haji, kaum Muslim akan melakukan kontak rutin dengan sesamanya. Perjalanan spritual ini mendorong kaum Muslim untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan satu sama lainnya melalui nasihat-nasihat dari pemimpin grup atau yang lainnya.
Kaitannya dalam rangkaian konsep kesehatan Islamipada titik ini secara tidak langsung interaksi ini dapat dikatakan sebagai unsur psikodinamis dari ibadah, keyakinan dan shalat, yang mana memainkan peranan yang besar dalam membangun sebuah rasa keterhubungan (sense of coherence) dari individu melalui faktor penguat (reinforcing) dalam proses berbagi pengetahuan, keyakinan dan nilai, dan di waktu yang bersamaan merupakan usaha menguatkan tingkah laku positif sembari memupuk rasa keyakinan diri terhadap pengetahuan, keyakinan dan nilai itu sendiri. Hal-hal tersebut dicapai melalui serangkaian ibadah yang dituntut saat pelaksanaan ibadah Haji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H