Idealisme mu Runtuh Di Kursi Dewan
Sepotong cerita pendek dalam hiruk pikuk aktivis kampus. Dulu sekali, kau begitu menggebu, membakar, berteriak, mendebat pimpinan-pimpinan kafir dan rakus istana.
Memakai sleyer kebanggaan di leher, bendera organisasi di tangan kanan dan kiri. Kau begitu muak dengan tingkah wakilmu, Prinsip mu mengalahkan “sendiko dhawuh” bapak dan ibumu.
Setiap hari kau habiskan dengan rapat, kaderisasi dan diskusi-diskusi sosialis, demonstrasi selalu menjadi agenda wajib. Kritik yang kritis, strategi yang terlalu opertunis, kadang menghalalkan anarkis agar di gubris. Semua demi idealisme kebenaran yang kau anggap hakiki.
Siapa yang tidak kenal kau, seorang aktivis kampus yang menggebu, memberontak segala macam ketidakadilan dan ketertindasan. Bertahun –tahun menganak tirikan kuliah, demi menganak emaskan idealisme dan nilai-nilai organisasi. Kau begitu idealis dalam pemikiran, begitu kritis. Kau bilang A, maka kadermu mengiyakan dan mendukung mu. Mereka terpukau dengan kecerdasan carapandang brilianmu.
Masih ingat, ketika kau harus berdarah-darah dalam membela kaum buruh?. Kau di baris depan, memimpin aktivis menentang kesewenang-wenangan, membenci pejabat-pejabat berdasi yang hobi korupsi. Kau ibarat oase ditengah padang gurun sahara. Membela ke marginalan, menentang kekuasaan yang sewenang wenang.
Nafasmu penuh semangat keadilan, kejujuran dan kepolosan. Kau menolak uang tanda diam, mempermalukan tikus-tikus yang haus jabatan. Mengkesampingkan keselamatan demi idealisme kebenaran. Kau seolah menyerap nilai-nilai fanatisme luhur prinsip organisasi.
Dulu kau menciptakan Meaning dan brending yang begitu sempurna, Sebuah cerita super yang melekat pada mu. Kau berhasil !, kini kau duduk di jajaran kursi dewan yang dulu kau teriaki pecundang.
(Meaning: Cerita Yang Melekat Pada Diri Seseorang)
Itu dulu, saat kau menjadi aktivis kampus. Bagaimana kau kini? Apa kabarmu?. Kau yang kini sedang duduk nyaman menjadi pejabat dewan, kau seolah lupa, kamilah yang mendukungmu, mengantarkanmu menduduki kursi jabatan yang katamu akan kau pertanggungjawbkan.
Mana idealismemu dulu?. Apakah luntur dalam umur mu yang semakin uzur? Atau patah seperti kebanyakan pendahulumu?.