Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Resah Temanmu Terindikasi Tone Deaf? Coba Lakukan Ini!

28 Agustus 2024   19:29 Diperbarui: 2 September 2024   00:55 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tone deaf (Sumber gambar: shutterstock via KOMPAS.com)

Sebagai manusia yang adalah makhluk sosial kita memang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Hal ini sudah kita pelajari sejak kita kecil. Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam beberapa hal. Memang kodratnya sudah seperti itu.

Salah satu cara untuk tetap bersosialisasi dengan banyak orang di sela kesibukan yakni dengan mempergunakan media sosial.

Dengan media sosial kita bisa tetap terhubung dengan orang-orang lama bahkan bisa menambah kenalan orang-orang baru. Bahkan sampai ada sebutan the power of social media untuk menunjukkan seberapa saktinya peran media sosial dalam sejumlah perubahan atau aksi pada sebuah negara.

Sebagian dari kita yang merasa media sosial adalah wadah di mana kita bisa update segala aktivitas, momen penting, bahkan meluapkan perasaan. Tak sedikit pula, media sosial digunakan sebagai lapak sindir menyindir baik untuk orang yang ada dalam pertemanan media sosial sampai mengkritisi pemerintah.

Hal tersebut lumrah dilakukan jika masih masuk dalam kaidah kesopanan dan kepantasan.

Namun, siapakah yang berhak menilai itu atas apa yang menjadi kebebasan melakukan sesuatu di media sosial kita pribadi?

Rasanya tidak seru jika membahas sesuatu tanpa ada contoh kasus, ya?

Jadi begini, sampai hari ini, masih ada saja orang yang kerap mem-blowup masalah pribadi di media sosial mereka. Banyak kemungkinan yang muncul dari ide untuk membagikan masalah itu di media sosial.

Ada di antara mereka yang memang ingin mencari solusi, ada yang sekadar ingin meluapkan perasaan saja, ada pula yang memang mencari perhatian pada khalayak ramai atau seseorang yang secara dituju secara khusus.

Namun, kadang, maksudnya belum sampai tapi justru malah menimbulkan komentar publik yang menganggap isi unggahan kita sebagai sesuatu yang justru memalukan alias membuka aib sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun