"Aku turut sedih dengan kejadian yang menimpa ibumu," ucapku pada Oilien, putri bungsunya, yang menyambutku saat mendekat ke peti Bibi Carleon.
"Terima kasih, Feo. Mungkin ini lebih baik, kami anak-anaknya sedih melihatnya hidup sendiri. Tapi, itu kemauannya."
Aku memperhatikan wajah bekas teman sekolahku itu, memastikan ia tidak sedang berdrama. Mana ada orang tua yang mau tinggal seorang diri tanpa teman bicara? Ya, kecuali ibuku.
*
03 Januari 2010
Sejak kecil aku suka melukis, satu-satunya minat yang direstui ibu. Aktivitas paling aman, karena aku tidak perlu melakukannya bersama orang lain. Sifat introvert itu ternyata bisa diciptakan.
Beberapa tahun terakhir, aku menggilai lukisan-lukisan karya Salvador Dali. Aku merasa  aliran lukisannya sama denganku, surealis. Aku suka melukis hal-hal dalam yang muncul dalam fantasiku.
Aku sempat memohon pada ibu untuk mendaftar di sebuah klub lukis. Mulanya ibu menolak keras. Tapi entah atas dasar apa, akhirnya ia memberiku kesempatan itu.
Namun, aku tak lama mengikuti klub lukis itu. Jelena, pelatih lukis kami tiba-tiba tak pernah muncul di kelas. Terakhir kudengar dia memang punya masalah dengan seseorang. Sampai hari ini klub lukis itu tak ada kejelasan.
Sebelum Jelena menghilang, muncul bayangan di kepalaku, ia akan mengalami sebuah penculikan. Ia bersama .... Ah, sudahlah. Kadang aku tak percaya bisa memprediksi semuanya.