Ibu selalu mengatakan itu tiap malam sebelum aku tidur. Â Aku dibentuk dari didikan kerasnya, sejak kecil aku tak kenal siapa ayah. Pernah terpikir, jangan-jangan aku lahir dari manusia yang bisa membelah diri?
Ibu tak pernah dengan sengaja menunjukkan foto atau sekadar bocoran siapa nama pria itu. Cerita tentang ayah tak lebih dari lima kali diceritakannya. Isi ceritanya tak pernah bahagia.Â
Satu-satunya cara menemukan ayah mungkin hanya jika suatu saat aku bertemu pria tua di jalan yang berusia sekitar 50 tahun dan mirip denganku. Hanya itu jejaknya yang tertinggal dalam diriku. Tapi aku sempat melihat foto seorang pria muda, sepertinya dialah ayahku. Sayangnya aku tak berani bertanya pada ibu.
Selain larangan-larangan ibu, aku merasa ada yang lain dalam diriku. Aku bisa memprediksi kematian seseorang lengkap dengan proses lepasnya napas mereka dari tenggorokan. Jika dianggap ini kemampuan yang diturunkan, kurasa keluarga besar ibu tak memilikinya. Entah, jika bakat ini kudapat dari garis keturunan ayah.
*
09 Mei 2009
Pasar di batas kota terbakar. Dulu, ibu pernah menyewa salah satu gerai di sana. Tepatnya saat awal-awal pernikahan dengan ayah. Sayang sekali, sejak ayah pergi, ibu tak lagi mampu membayar uang sewanya. Orang-orang yang berperan sebagai keamanan memaki ibu di depan penyewa lain. Mempermalukannya tanpa rasa kasihan. Tapi ibuku sudah tak lagi memikirkan kejadian itu. Hanya kisah masa lalu yang tak pernah akan menjadi apa-apa.
Berdasarkan info terbaru, ada beberapa korban jiwa dalam peristiwa kebakaran itu. Hingga sekarang belum ada renovasi, padahal pasar itu satu-satunya di area ini. Sementara ada pasar pengganti yang letaknya cukup jauh, tak banyak orang yang berminat ke sana, kecuali jika lambungnya sudah luka karena tak ada lagi yang bisa diolah di dapur mereka.
Aku sudah mendapatkan bayangan akan terjadi kebakaran yang cukup besar, namun sedikit meleset. Prediksiku korban jiwa hanya 2 orang. Ternyata lebih dari itu. Banyak stasiun televisi mengirimkan juru warta mereka untuk meliput lalu menyebarkan beritanya sampai ke luar angkasa. Seperti biasa, respons orang-orang yang mendengar berbeda-beda. Ada yang ikut sedih, ada pula yang biasa saja sambil meneruskan obrolan tentang politik yang lebih seru dan menggelitik.
*