Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Napak Tilas Riuhnya Persemayaman Terakhir Sang Proklamator

6 September 2023   18:53 Diperbarui: 6 September 2023   20:29 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi / Bung Karno bersama ibu Fatmawati (istri pertama)

Bisa berkunjung ke Kota Blitar tepat saat perayaan 1 Suro lalu, adalah kesempatan yang sangat langka bagi saya. Hal itu pula yang membuat saya tidak mau menyia-nyiakan momen ini untuk sekalian berkunjung ke makam Proklamator Indonesia, Bapak Ir. Soekarno.

Kota Blitar merupakan sebuah kota yang terletak di bagian Selatan provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah barat daya Surabaya dan 80 km sebelah barat Malang. (Sumber). Penempatan lokasi makam Bung Karno yang berada di kota inilah yang membuat Blitar disebut sebagai Kota Proklamator. 

 Sebelum saya ajak menjelajahi Museum dan Makamnya, kita flash back dulu ke kisah pahit yang dialami Bung Karno sebelum akhirnya beliau wafat, ya.


Kilas Balik

Beberapa bulan pada awal tahun 1969, Bung Karno "diasingkan" ke Wisma Yaso. Wisma Yaso adalah rumah yang dibangun Bung Karno untuk istrinya, Ratna Sari Dewi. Yaso adalah nama mendiang adik dari Ratna Sari Dewi. Pemerintah memutuskan menahan Bung Karno di sana karena beliau harus mendapatkan interogasi terkait peristiwa G30/S serta menjalani serangkaian pemeriksaan intensif untuk penyembuhan sakit ginjal yang diidapnya saat itu.

Namun, dari beberapa sumber mengatakan bahwa sebenarnya Bung Karno tidak mendapatkan perawatan selayaknya. Obat-obatan yang diberikan pun jauh dari kata cukup. Jangankan teman, keluarganya pun tak mendapatkan ijin untuk menjenguknya. Mereka hanya boleh mengirimkan makanan yang kemudian dititipkan pada penjaga.

Radio Republik Indonesia menyiarkan kabar kematian Bung Karno pada 21 Juni 1970 sekitar pukul 07.00 WIB di RSPAD Gatot Soebroto - Jakarta Pusat.

Lokasi pemakaman pun sempat menjadi perdebatan beberapa pihak. Subagio Anam, mantan kepala Biro Penerangan Kementerian Koperasi, mengabarkan pada wartawan bahwa Bung Karno akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun hal tersebut mendapat penolakan dari beberapa pihak karena status Bung Karno yang masih dalam tahanan. 

Kemudian pemerintah pun membuat sebuah keputusan, Bung Karno akan disemayamkan di Wisma Yaso. Hal ini tentunya adalah keputusan yang tak disangka-sangka terutama oleh Fatmawati Soekarno sebagai Ibu Negara pertama RI. Beliau justru meminta mendiang suaminya lebih baik disemayamkan di rumah mereka di Jalan Sriwijaya - Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sayangnya, permintaan itu ditolak oleh pemerintah.

Jenderal Hoegeng Iman Santoso yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia mewakili keluarga besar Soekarno, melakukan perundingan dengan asisten pribadi Presiden Soeharto, yaitu Alamsyah Prawiranegara dan Tjokropranolo.

Jika mengikuti wasiat Bung Karno, beliau ingin dimakamkan di Bogor, namun hal itu pun mendapat penolakan dari pemerintah dengan alasan jarak ibukota dengan lokasi pemakaman terlalu dekat. Keputusan akhir pun didapat, Pak Soeharto menginstruksikan mendiang Proklamator RI itu dimakamkan di Blitar agar dekat dengan makam mendiang ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun