Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Paskibraka Bertugas di Istana Negara, Akankah Kita Tetap Mengingat Mereka?

16 Agustus 2023   00:03 Diperbarui: 16 Agustus 2023   00:26 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upacara bendera adalah momen sakral yang sudah menjadi kebiasaan di semua negara. Di Indonesia sendiri upacara bendera dilakukan setiap hari Senin pagi. Alasannya, karena Senin adalah hari awal di tiap minggu, hari yang diharapkan menjadi awal mula semangat untuk berkegiatan kembali terisi penuh.

Sejak SD saya suka sekali menjadi petugas upacara. Baik itu menjadi pembawa acara, pemimpin paduan suara atau pengibar bendera. Hal itu berlanjut hingga SLTP. Saya sempat masuk ekstrakurikuler Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) sekolah. 

Proses menjadi tim Paskibra tidaklah mudah. Kami harus latihan setiap hari Minggu pagi. Belum lagi jika akan diikutsertakan dalam lomba antar sekolah biasanya Latihan menjadi 2 sampai 3 kali dalam seminggu. 

Tim Paskibra di sekolah tak hanya sekadar mendapat pelatihan Peraturan Baris -- Berbaris (PBB) dan latihan upacara. Ada pula materi tentang sejarah Paskibra dan tak ketinggalan juga ilmu kebangsaan. 

Dalam Paskibra ada proses kenaikan tingkat dimana kami harus melalu proses pelantikan yang luar biasa tegangnya. Seingat saya, untuk tingkat SLTP ada 3 pelantikan yang harus dilewati. Lencana Biru, Lencana Kuning dan Topi. Tapi jangan salah, di ekskul Paskibra ini kami pun dituntut baik dalam bidang mata pelajaran. Syukur-syukur jika bisa dapat peringkat kelas.

Mimpi saya saat itu, saya bisa menjadi salah satu anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang akan dikirim ke istana negara. Tapi mimpi sekadar mimpi, saat SLTP saja saya tidak bisa ikuti semua pelantikan karena kondisi kesehatan yang tidak mendukung. Payah, ya. Akhirnya, saya coba berbesar hati. Saya mundur dan beralih ke ekskul lain yang sekiranya tidak terlalu membutuhkan banyak Latihan fisik. Walaupun ada rasa iri, saya tetap selalu mengikuti upacara bendera di sekolah walaupun selanjutnya hanya sebagai peserta.

Setiap peringatan 17 Agustus. Ada satu tradisi di almamater saya, SLTP Trisula Perwari 3 Jakarta. Kami tidak boleh melewati jalannya upacara bendera yang diadakan di istana negara yang disiarkan di hampir semua stasiun televisi. 

Kami wajib memantau dari awal hingga akhir. Lalu diberi tugas oleh guru olahraga kami saat itu yang bernama Bapak Drs. Apriyanto. Tugasnya yaitu mencatat nama-nama petugas upacara baik dari tingkat pemerintah sampai dengan siswa dan siswi perwakilan daerah yang terpilih menjadi petugas Paskibraka di tahun itu. Mulai dari Pembaca Acara, tim pasukan pengibar bendera, pembaca teks (Pancasila, UUD 1945, Proklamasi, Doa) sampai dengan tim paduan suara.

Tanggal 18 Agustus biasanya sekolah baru melaksanakan lomba-lomba dan kami datang sekaligus membawa tugas yang diberikan. Ada hukuman yang menunggu jika tugas itu tidak kami selesaikan.

Membahas tentang mimpi menjadi anggota Paskibra yang bisa sampai ke istana, banyak remaja yang memiliki harapan itu pastinya. Sebuah pengalaman sekali seumur hidup yang akan menorehkan kebanggan pada diri sendiri juga keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun