Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Bekasi sedang menikmati masa bersantai mereka setelah dua minggu lalu berkutat dengan soal-soal ujian akhir kenaikan kelas.Â
Pekan ini murid-muridSaat masa ujian berlangsung tentunya bukan hanya anak-anak yang menghadapi stress, para orang tua pun ikut mengalaminya, termasuk saya.Â
Sebagai orang tua murid kelas 1, hal ini adalah pengalaman perdana untuk saya pribadi. Biasanya saya hanya stress menghadapi pekerjaan kantor, kini bertambah menjadi stress karena kekhawatiran pada urusan sekolah anak.
Banyak faktor yang menjadi buah pikiran saya (kita) sebagai orang tua menghadapi kenaikan kelas, diantaranya sbb :
- Bagaimana nilainya? Naik atau tinggal kelas?
- Hadiah apa yang akan diberikan jika anak naik kelas?
- Penjelasan semacam apa yang akan diberikan untuk menguatkan jika anak harus tinggal kelas?
- Apa kegiatan yang akan mereka lakukan selama masa libur panjang?
Namun, sebagai orang tua, hal-hal semacam itu masih pasti masih bisa teratasi. Artinya, tidak terlalu sulit mencari jalan keluarnya. Karena ini hubungannya antara orang tua dengan anak. Perilaku mereka sudah tentu bisa kita pahami betul dan kita tahu apa yang mereka mau.
Lantas, apakah ada hal lain yang lebih berat dari itu?
Ada!
Sebagai orang tua murid yang juga dilibatkan menjadi bendahara kelas, saya cukup pusing dengan satu perkara yang sepertinya sederhana namun bisa cukup fatal jika salah mengambil keputusan, apalagi ini berhubungan dengan uang dan itu sangat sensitif.
Seperti yang banyak diketahui dan sudah menjadi budaya, saat kenaikan kelas anak, para orang tua akan memberikan bingkisan pada guru (wali kelas). Walaupun ini sifatnya tidak wajib tapi mayoritas memang melakukannya. Ada yang memberikan secara pribadi maupun kolektif dengan menggunakan dana kas yang sudah terkumpul selama satu tahun ini, adapula yang sudah ikut kolektif namun tetap memberikan juga secara pribadi.
Yang menjadi issue di sini adalah, bingkisan semacam apa yang ingin diberikan para wali murid untuk guru.