Hampir 5 tahun aku tinggal di perumahan ini. Tetangga-tetangga yang ramah, fasilitas lengkap dan aman dari maling karena hampir di segala penjuru diletakkan CCTV.
Awalnya di blok ini ada 2 unit rumah yang  belum terisi, rumah yang kini kutempati dan rumah yang ada di depannya. Dari luas tanah dan bangunan hampir sama, namun untuk desain aku lebih suka rumah yang akhirnya jadi milikku ini.
Beberapa kali kulihat ada yang menempati rumah di depanku, rumah bercat biru muda itu memang hanya disewakan, tidak untuk dijual. Namun, mereka yang pernah mengisi rumah itu tidak pernah bertahan lama. Ada yang hanya 6 bulan bahkan yang Cuma sebulan pun ada. Entah apa alasannya, yang pasti mereka pergi tanpa sempat berpamitan lagi pada tetangga sekitar.
Aku baru beberapa kali melihat pemilik aslinya, seorang wanita tua yang kutaksir usianya sudah mencapai kepala tujuh. Ia selalu datang seorang diri. Setelah kuperhatikan jadwal kedatangannya, biasanya setahun sekali.
Jika datang, biasanya ia membawa sebuah bungkusan berukuran sedang, kemudian akan menghabiskan waktu berjam-jam dalam rumahnya. Aku tak tahu apa yang dilakukannya di dalam sana, karena aku hanya bisa memantau dari jendela ruang tamuku. Mungkin wanita itu membersihkan bagian dalam rumah atau memeriksa bagian-bagian yang harus diperbaiki. Banner yang menempel di pagarnya menunjukkan bahwa ia memang masih terus mencari penyewa untuk rumah itu sehingga wajar bila ia harus menjaga kondisinya. Tapi mungkin jauh lebih pantas jika yang membersihkan rumah ini adalah anak-anaknya, mengingat usia ibunya sudah tak muda lagi.
Para tetangga yang sudah mengenalnya sejak dulu tak pernah lagi disambangi. Rumor yang beredar, sejak suaminya meninggal dunia, anak-anaknya memutuskan untuk menjual rumah itu, namun si ibu menolak, dengan alasan rumah ini satu-satunya peninggalan ayahnya. Akhirnya diambil jalan tengah, rumah itu tak dijual namun hanya disewakan. Dan si ibu diajak tinggal bersama anak-anaknya.
Sampai pada kejadian itu, tanpa sengaja kami berpapasan di depan rumah, saat ia turun dari mobilnya lalu membuka pagar. Sebagai tetangga kutawarkan bantuan. Wanita itu menolak, sorot matanya terkesan curiga. Sumpah, rasanya menyesal sudah menyapanya.
Aku langsung masuk ke rumah, menghempaskan rasa kesal karena kejadian itu. Diam-diam aku mengamatinya dari jendela, karena rasa penasaran yang cukup besar aku pun bergerak ke luar dan mendekati pagarnya.
Samar-samar kudengar wanita itu menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Astaga, apa ini? Aneh sekali menyanyikan lagu ulang tahun tanpa ditemani siapa-siapa. Pikiranku langsung tertuju pada bungkusan yang wanita itu bawa saat kami berpapasan tadi. Mungkinkah itu kue ulang tahun? Apakah wanita itu tengah berulang tahun dan ingin merayakannya seorang diri di sini? Segala macam dugaan memenuhi isi kepala, rasa penasaran makin membabi buta. Walaupun sebenarnya aku takut ada tetangga lain yang melihatku melakukan ini, karena tiap rumah selalu memasang CCTV yang mengarah ke jalan, atau sialnya, jika wanita tua itu sadar ada seseorang yang menguntitnya karena curiga. Pikir belakangan, yang penting aku tidak sampai mati penasaran.