"Berjanjilah, ini akan jadi tahun terakhirmu menemuiku di sini,"
Aku tersenyum mengingat kejadian itu. Bukan pasien yang berharap tak akan kembali lagi, melainkan dokter yang menaruh harapan padaku agar aku tak kembali lagi ke sana, ke tempat prakteknya, yang rasanya sudah seperti rumah sendiri bagiku.
Aku mendekat ke cermin dalam kamar tidurku, memeriksa hasil pembedahan di leherku. Kuraba pelan, nyerinya masih ada, namun benjolan yang selama berbulan-bulan menemaniku kemana-mana kini sudah tak ada. Penyakitku ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bahasa sederhananya adalah TB Kelanjar atau infeksi kelenjar getah bening. Namun, sejak lima tahun lalu, setelah dibedah, ia akan muncul lagi di tempat berbeda. Begitu terus, berulang-ulang. Jujur, aku tak pernah khawatir dengan itu. Walaupun banyak kabar sana-sini yang terdengar banyak orang yang menyerah dengan penyakit yang satu ini. Namun, aku tetap menjalaninya dengan sukacita.
Pasien yang datang dengan tertawa-tawa dan masih mengajak bercanda dokter dan segenap jajaran perawat di rumah sakit itu, mungkin hanya aku di antara puluhan pasien dengan sakit yang sama. Bukan merasa hebat atau merasa lebih kuar dari yang lainnya, hanya saja aku sadar jika tuhan memang memilihku.
*
Tahun ini adalah tahun kelima aku harus kembali lagi ke bangunan ini. Bangunan yang aromanya tak pernah membuatku ketakutan. Dindingnya yang sejak beberapa tahun lalu masih belum diganti catnya, tetap biru, meneduhkan mata pasien maupun para pengantarnya. Mata-mata bersahabat para suster justru membuatku nyaman dan tak ingin cepat-cepat pulang.
Tapi bagaimana mungkin? Sebagai peserta BPJS, batas maksimal menjadi pasien rawat inap hanya 3 hari saja. Aku harus "ganti shift" dengan pasien lain yang sama-sama menikmati fasilitas negara.
"Jadwal check in lagi, ya, Mbak? Salah seorang suster bernama Nina meledekku saat ia kebagian tugas memasangkan jarum infus di punggung tanganku.
"Bosen di rumah, Sus. AC-nya kurang dingin, lebih enak di sini," kelakarku membalasnya.
"Besok operasinya, ya? HB-mu masih rendah, nih, Mbak. Transfusi lagi sepertinya,"