"Masih di Semarang, masih ada aku, pikirannya sudah sampai di Jakarta."
"Maaf ya, Mas. Ayo tiup dulu," Ajak Irene mengalihkan rasa cemburu Bara.
Sebelum meniup lilin miliknya, Irene memejamkan mata, berdoa dengan sungguh-sungguh dalam hatinya.Â
"Tuhan, jadikan ini tahun terakhir kami bersama. Hapuskan semua rasa dan asa yang muncul karena segenap kebaikannya. Bukan saya orang yang tepat. Bukan saya orang yang berhak. Â Ada cinta yang selalu menantinya pulang. Cinta yang selalu dijaga wanitanya di sana. Wanita yang mungkin tengah berjuang untuk memaafkan saya.Â
Ampuni  saya yang sempat berusaha mengubah takdir ini. Bara adalah salah satu manusia istimewa yang kau cipta. Jaga dia  untuk saya. Biarkan hanya doa saya yang memeluknya. Kenangan tentangnya adalah hal terindah yang mungkin akan saya bawa sampai mati. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih sudah sempat menuliskan takdir saya untuk bisa bersamanya walau hanya sebentar saja."  Â
Irene berharap, hubungannya dan Bara akan menguap bersama kepulan asap lilin yang sudah tak lagi menyala.
Jatibening, 2 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H