Hal lain lagi yang saya dapatkan dari Kompasiana adalah masuk Freez, salah satu rubrik yang dicetak setiap Rabu di harian Kompas. Saya nggak tahu sekarang apakah Kompasianer masih diberi kesempatan untuk muncul di kolom Freez atau tidak. Dulu seingat saya 3x tulisan saya masuk freez. Dapat fee? Tentu saja. Jadi, selain kebanggaan karena tulisan saya banyak dibaca orang hingga ke kota-kota lain, pun saya bisa jajan dari hobi menulis ini.
Yang namanya hidup, pasti tak selalu bahagia, ada pula kesedihan yang datang tanpa aba-aba. Tahun-tahun berjalan saya merasakan beberapa kehilangan. Rekan-rekan sesame kompasianer yang pernah temu muka pun hanya sekedar sapa di dunia maya, berpulang. Ada Oma Eny, Bunda Enggar Mudiarsih, om Dian Kelana, dan sederet nama-nama yang cukup saya akrabkan saat masih ada. Al Fatihah untuk beliau-beliau semua yang sudah mendahului kita.
Berbagi cerita tentang menemukan rumah, sudah. Menemukan keluarga, juga sudah. Pencapaian dalam sisi kepenulisan, sudah. Menceritakan tentang kehilangan, sudah. Bagaimana dengan jodoh? Apa ketemu juga di Kompasiana? Jawabannya, iya!
Suami saya adalah seorang laki-laki, pastinya. Salah seorang Kompasianer Bandung  yang menulisnya hanya kadang-kadang. Kami bertemu di Kompasianival tahun 2012. Kami memang sangat berbeda dalam merawat hobi ini. Tapi, itu tidak jadi masalah. Kami tak perlu 1 misi dalam bidang menulis, asalkan dalam berumahtangga berjalan sama-sama untuk 1 tujuan. Sistem yang kami gunakan sejak awal perkenalan hingga akan menginjak ke 10 tahun rumah tangga ini adalah sistem gercep.
- 2011 kenalan
- 2013 menikah
- 2014 lahir anak pertama
- 2019 lahir anak kedua
Setelah menikah saya sempat off lama dari Kompasiana. Banyak hal baru yang saya lakukan setelahnya. Saya bekerja, mengurus rumah tangga, anak, dan lainnya. Makanya saya bisa melupa bagaimana akses masuk ke akun lama. Tapi ini bukan juga karena sibuk, faktor usia juga mendukung lemahnya daya ingat.
Namun, dua tahun belakangan, setelah anak pertama saya sudah besar, saya merindu untuk kembali ke rumah ini. Rumah di mana saya menemukan hal-hal baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sulit dijelaskan apa yang membuat saya rindu. Hanya ada sesuatu yang seakan memanggil saya untuk Kembali dan menetap di sini. Saya takjub, banyak deretan nama-nama lama di Kompasiana yang masih aktif menulis dan merawat rumah ini. Konsistensi mereka menular pada saya. Pada akhirnya saya berpikir, menulis bukan hanya soal benefit berupa materi, tapi ada hal lain yang istimewa, yakni menemukan jati diri.
Selamat ulang tahun, Kompasiana.
Terima kasih sudah menjadi bagian penting dalam hidup saya.
Jaya selalu.
Dari Bekasi yang kalau hujan bikin deg-degan,