Akhir-akhir ini sedang marak pelarangan kata 'anjay', gara-gara seseorang yang katanya "content creator" mempermasalahkan kata itu. Jika dilihat dari perkembangannya kata anjay sebenarnya gak memiliki suatu hal negatif yang perlu dipermasalahkan, selama tempat menggunakannya tepat. Contohnya begini: Forum Indonesia lawyers club atau sebuah rapat DPR bisa dibilang adalah tempat yang harus menggunakan bahasa formal dan tidak boleh sembarangan. Makanya, selama kedua kegiatan itu berlangsung kita gak pernah lihat kan tiba-tiba ada anggota DPR atau salah satu anggota forum yang setuju sama sebuah keputusan lalu langsung bilang, "anjay, keputusan bapak kali ini keren juga." Selain itu, di beberapa pidato acara resmi pun tidak ada ucapan-ucapan seperti itu. Kalaupun ada mungkin akan seperti ini:
Jakarta, 5 September 2020
selamat pagi bapak/ibu yang anjay
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesehatan untuk berkumpul di sini, terlebih lagi cuaca hari ini sangat anjay untuk kita nikmati. Hari ini saya tidak mau menyampaikan apa-apa, saya hanya mau menyampaikan tetap anjay walaupun ada orang lebay yang mempermasalahkan kata untuk bersikap santay di depan teman.
Kata anjay adalah bahasa gaul yang digunakan anak-anak zaman sekarang. kalau bicara soal bahasa gaul, sejak dahulu pun udah banyak bahasa gaul yang digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, kalau hari ini bahasa gaul dipermasalahkan itu sungguh aneh. Kalau sampai bahasa gaul dipermasalahkan, itu bukan karena bahasanya yang aneh, tapi orang yang mempermasalahkannya yang aneh. Sudah jelas, bahasa gaul itu hanya digunakan untuk pergaulan atau pertemanan supaya akrab. Lalu jika bahasa itu dilarang, apa artinya di dalam pergaulan tidak boleh memiliki bahasa sendiri?
Permasalahan yang lebih aneh lagi adalah kata anjay dianggap kata yang dianggap sebagai bentuk kekerasan secara verbal. Bukankah itu aneh? masak ada orang jadi sakit hati gara-gara ucapan anjay? kalau ada orang yang sakit hati karena kata anjay, saya mau ketemu sama dia lalu bilang, "Hey! Anda lemah! masak hanya gara-gara kata anjay sakit hati?!" sungguh miris, hanya gara-gara satu kata dapat membuat satu hukuman.
Lanjut ke permasalahan berikutnya. Misalkan, kata anjay resmi dilarang digunakan, lalu bagaimana dengan lingkungan pergaulan yang sudah biasa menggunakan kata-kata seperti itu? mengubahnya? tentu tidak semudah itu mengubah kebiasaan mengucap kata anjay, perlu proses, sama seperti kata anjay yang perlu proses untuk diketahui seluruh orang di Indonesia. Seandainya kata anjay benar-benar dilarang, lalu dibuat hukuman bagi orang-orang yang melanggar, bukankah sungguh kasihan orang yang hanya karena satu kata bisa dihukum satu penjara dengan kasus-kasus berat lainnya, seperti pembunuhan? lalu apakah dengan dipenjara orang tersebut akan jera mengucapkan kata itu? belum tentu. Bisa saja sehabis masa tahanannya selesai dia langsung mengucapkan, "anjay, akhirnya gue keluar dari penjara juga." lalu bagaimana? apakah dia akan masuk penjara lagi? dikurung lagi? oh, sungguh miris jika hal itu terjadi.
So, menurut gue, sebuah bahasa gaul gak perlu dipermasalahkan maknanya, tapi dipermaslahkan-lah tempat penggunaannya. Apabila ada orang yang masih menggunakan bahasa gaul saat sedang di acara formal, tegurlah dia, karena itu memang pantas untuk ditegur. namun, kalau saat itu bukan acara formal, maka gak perlu ditegur, dilarang atau sampai diberi hukuman, karena hidup terlalu sulit jika semua ucapan dan kegiatan kita diatur oleh hukum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H