Dalam bahtera rumah tangga kehangatan kasih sayang menjadi bumbu motivasi yang mujarab bagi tiap personil yang ada dalam rumah untuk menjalankan roda kehidupan sehingga tetap aman,nyaman,sehat dalam  mengarungi samudera yang luas ini.
Kasih sayang laksana embun dipagi hari memberikan nafas,memberikan kedamaian serta memberikan ketegaran.hal itu yang saya sangat rasakan selama ini kurang lebih empat tahun mengabdi di daerah terpencil,jauh dari keluarga mungilku dengan jarak dari rumah ke tempat tugas kurang lebih enam puluh tujuh kilometer.
Sebagai jawaban rasa rindu kepada keluarga mungilku, setiap hari sabtu setelah kegiatan di sekolah saya pulang ke rumah tepatnya di Lamatou Kecamatan Lewolema. Saya biasa sebut dengan sabtu rindu. rindu dimana melihat dua buah hatiku Iren dan Karol,memaduh canda,menyimpul rindu setelah enam hari hanya berkomunikasi via hp.
Di hari sabtu penuh kerinduan ini,biasanya tiba di rumah kurang lebih pukul lima sore dimana putri dan pangeran kecilku yang kini berusia satu tahun tiga bulan setia sudah menunggu. bahkan yang putri sekarang duduk kelas dua SD terkadang harus bolos dari sekolah untuk pulang ke rumah hanya untuk menungguku pulang.Â
Mendengar rengekan motor Revo fit dari ujung jalan yang bunyinya sudah tak asing bagi kedua buah hatiku ini,keduanya sudah berdiri ditempat sepeda motorku parkir.kedatanganku disambut dengan penuh suka cita.Â
Keduanya sudah bersigap bahkan meloncat-loncat kegirangan sambil berteriak mama,mama,mama Bapak pulang. sambutan ini terkadang membuat mulutku terkatup kaku akan rindu.rindu akan keceriahan melihat buah hatiku yang membuatku selalu rindu dan memantik semangatku untuk bekerja menafkahi keluarga mungilku ini.
Dengan sisa waktu satu hari kami sekeluarga tak menyiakan waktu.bercerita bersama, saling menguatkan,saling berbagi  bersama keluarga mungilku ibarat mata pelajaran namanya kasih sayang yang waktunya tak terbatas. itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. karena di hari minggu dinihari jam lima saya harus kembali ke tempat tugas untuk menjalankan aktivitas di sekolah sebagaimamestinya.
Boleh dikatakan waktu yang cukup darurat. namun pertemuan yang boleh dikatakan singkat ini lantas, tak membuat mereka cengeng. kedua buah hatiku mungkin menyadari.Â
Sehingga saat ku melangkah pergi senyum rias terpoles terpampang jelas dari aura wajah mereka terutama sang istri adalah seorang guru yang juga menjadi pelaksana tugas kepala keluarga di enam hari dalam seminggu. Kasih sayang ini membuatku kian semangat melaksanakan tugas dan rindu ini selalu terselip dipenghujung malam.
(Tobias Ruron)