Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Sadok Nonga dan Leo Tenada di Festival Nubun Tawa

10 Desember 2022   17:37 Diperbarui: 10 Desember 2022   17:45 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit di atas Desa Bantala Kecamatan Lewolema Jumad 5 Oktober 2018 nampak cerah dan cukup terik. namun demikian tidak memupuskan semangat masyarakat Kecamatan Lewolema dan sekitarnya untuk hadir mengikuti seremonial pembukaan Festival Nubun Tawa Lewolema oleh Bupati Flores Timur Antonius H. Gege Hadjon,S.T yang terjadi di Kecamatan Lewolema dari tanggal 5-7 Oktober 2018.

Semua masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa larut dalam kegembiraan. semua berjubel-jubel dengan mengenakan busana daerah untuk datang menyaksikan  serta turut mengambil peran dalam momen tersebut. indah dan mempesona serta semangat antusiasme yang ditunjukan oleh masyarakat,memberi isyarat bahwa masyarakat begitu mencintai akan tradisi dan budayanya.

Sengatan terik siang di Lapangan bola kaki Lewotala tidak dihiraukan oleh para peserta tarian adat. riuh renya lantunan suara Labagolek yang disuguhkan oleh peserta dari Desa Bantala dan Painapang dengan tarian adat Nama Nigi,membuat seremonial pembukaan festival seni budaya Nubun Tawa dengan tema Pai Taan Tou kian semarak.

Festival seni budaya Nubun Tawa Lewolema Flores Timur adalah peristiwa budaya,pesta rakyat yang berbasis masyarakat dengan mengakomodir potensi desa sebagai lokus hidup dalam bermasyarakat. hal ini patut dikembangkan karena budaya adalah identitas diri seutuhnya,pandangan hidup serta menjadi pedoman dalam hidup bermasyarakat. masyarakat sebagai pemilik budaya setidaknya menjadi inisiator dalam mengembangkan seni dan budaya agar tetap hidup dan mengakar dalam setiap dimensi kehidupan bermasyarakat. 

Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwista dan Kebudayaan Flores Timur hadir sebagai motivator,pemberi stimulun yang mungkin selama ini budaya atau tradisi yang menjadi kekayaan penuh dengan nilai-nilai peradaban tidak dilakonkan atau tidak dihidupkan atau tenggelam bersama era globalisasi ini. dan dengan momen festival Nubun Tawa ini, semakin membuat kita mencintai budaya yang menjadi cikal bakal peradaban hidup,Ungkap Bupati Antonius G. Hadjon,S.T dalam sambutannya. Bupati Antonius Hadjon juga memberikan apresiasi kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur atas terselenggaranya  kegiatan festival Nubun Tawa Lewolema ini dan berharap festival ini menjadi gerakan bersama memajukan diri dan masyarakat.

Festival Nubun Tawa menampilkan seni dan budaya tradisional dari Desa-Desa se Kecamatan Lewolema dan sekitarnya. tentunya mempunyai makna yang mendalam diantaranya Sadok Nonga dari Lewotala dan Leon Tenada dari Lamatou.

Sadok Nonga

Sadok Nonga berasal dari kata sadok dan nonga. sadok artinya tinju dan nonga adalah sebuah wadah/media yang dijadikan untuk menadah tinjuan/sadok dari sang lawan. wadah /media ini terbuat dari daun lontar membentuk kantong anyaman/kara Ne'e. 

Tinju /sadok nonga ini biasanya dilakukan pada hari terakhir panen padi disekitar mesbah (Padu era) yang ada di tengah kebun adat. padi terakhir yang dipanen disimpan dalam wadah (kara nee) yang berukuran tidak besar untuk kemudian diantar menuju tempat pondok tempat penyimpanan padi yang berukuran lebih besar. wadah yang kecil-sedang tersebut kemudian diisi jerami dan dibawah oleh para pria ke sekitar mesbah disertai teriakan/pekikan untuk menantang pria-pria yang hendak  meninju.

Tidak ada yang menang dan kalah dalam tinju tradisional ini. yang adalah ekspresi suka cita,kegembiraan,semangat dan kesatriaan pria Bantala dan Lewolema secara keseluruhan atas hasil kerja berkebun dalam semusim. selain itu sebagai ungkapan perayaan kesuburan/simbol dari perkawinan laki-laki kepada perempuan akan terjadi proses pembuahan yang ditandai dengan kehidupan baru yang segera hadir.

Le'o Tenada

Proses Le'o tenada/memanah diawali dengan pembangunan koko padak bale/ korke. pembangunan koko padak bale dalam hal ini berupa, pergantian tiang,pergantian atap korke, bubungan atap/klongot  yang sudah lapuk. dalam proses pembangunan atap koko padak bale ini, semua anak-anak suku yang ada di Lewotanah, terlibat langsung dalam proses pengerjaan itu,namun ada beberapa hal yang harus ditaati bersama berkaitan dengan kenahi /tetapan dengan tugas dan fungsi setiap suku dalam satu kesatuan korke atau rumah adat Lewotanah itu sendiri.

Secara harafia Le'o tenada berasal dari kata Le'o dan tenada. Le'o artinya memanah dan tenada artinya objek yang menjadi sasaran untuk memanah. jadi dapat disimpulkan bahwa Leo Tenada merupakan seni memanah tradisional akan objek yang telah dipasang. Atraksi Le'o Tenada dalam festival ini di lakonkan oleh masyarakat Desa Painapang dengan tujuan utama adalah sebagai salah satu bentuk ucapan syukur akan proses pembangunan korke atau rumah adat. selain itu Le'o Tenada juga untuk menguji ketrampilan ataupun ketangkasan bagi anak-anak suku terutama laki-laki saat berburuh maupun saat di medan perang.

Sebelum proses Le'o tenada dijalankan,orang tua Lewotanah dalam kesepakatan bersama menentukan salah satu anak suku untuk memasang Padu/objek yang menjadi sasaran untuk memanah. Padu atau objek tersebut diibaratkan seorang musuh yang dimanifestasikan dalam sebuah kayu. Kayu ataupun padu yang dipasang sebagai objek dalam memanah ini,bukanlah kayu yang asal dipilih namun melalui proses permenungan dan sangat dirahasiakan serta ditaburi dengan mantra-mantra tertentu sebagai bentuk kekuatan dan pembakar semangat peserta dalam memanah.

Tarian Hedung/tari perangpun dilakonkan oleh peserta Le'o Tenada sebelum melepas anak panah begitupun sebaliknya bila anak panah tersebut mengenai sasaran. lantunan suara dari gong,gendang serta pekikan suara dari pesertapun menggema.tidak ada lelah terpancar dari raut wajah hanya tatapan kejam pada objek yang menjadi sasaran memanah. Dan diakhir dari rangkaian momen Le'o tenada ini peserta menari dengan tarian nama sebagai bentuk tarian kemenangan.semuanya bergumul dalam satu kesatuan. tak ada sekatan berarti diantara pejabat dan masyarakat. Festival Nubun Tawa menyatukan dan membangkitkan aura budaya khususnya Lewolema.

(Tobias Ruron)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun