Guru memiliki spirit yang senantiasa hidup dalam ruang-ruang pembelajaran. Kalau ada guru melakukan pembelajaran dengan cara instan, dengan alih teknologi semata, maka tugasnya tidak lebih dari sekadar meneruskan pengetahuan kepada siswa.Â
Misalnya, ada guru yang hanya mengirim materi melalui google classroom, namun tidak ada interaksi pembelajarannya. Sejatinya, ini tidak boleh dilakukan jika kembali merefleksikan peran guru yang luhur dan mulia.
Nilai lain yang juga ditunjukkan oleh Guru Oemar Bakri ialah integritas. Dalam syair yang berbunyi "jadi guru jujur berbakti memang makan hati". Integritas diwujudkan dalam kejujuran, kedisiplinan, tanggungjawab, dan kepedulian yang tinggi.
Guru yang berintegritas berpegang teguh pada nilai-nilai karakter tersebut. Mungkin ada banyak guru yang cerdas, namun masih rendah dalam hal integritas. Tidaklah mengherankan, kalau ada yang mengatakan bahwa mencari guru yang berintegritas di zaman ini lebih sulit daripada guru yang cerdas.Â
Maraknya kasus korupsi, perundungan, dan pelecehan seksual terjadi di lingkungan sekolah. Â Setidaknya, menurut ICW trend kasus korupsi sektor pendidikan dari 2016 hingga 2021 masih tinggi. Artinya, lembaga pendidikan kita berada di tengah kepungan korupsi.Â
Demikian juga kasus perundungan terhadap siswa marak terjadi di lingkungan sekolah  secara langsung dan bahkan semakin meluas ke ranah virtual. (KPAI 2021).Â
Belum lagi kasus pelecehan seksual yang terus terjadi di lingkungan pendidikan semakin meningkat (Komnas HAM, 2022). Sebagian besar pelakunya adalah guru yang tidak memiliki integritas.
Lembaga pendidikan yang dulu dianggap steril, bersih, dan bebas dari isu-isu tersebut menjadi rusak dan kotor. Mengapa ini terjadi? Ada tiga faktor yang memengaruhinya, yakni peran kekuasaan, konstruksi sosial, dan target kekuasaan (Gordon, 2018).Â
Untuk itu, diperlukan upaya yang serius dari semua pihak, khusus pihak sekolah, untuk menumbuhkan integritas guru di sekolah, seperti  pengembangan literasi integritas, zona integritas, komitmen, dan pemodelan kegiatan-kegiatan positif.
Guru Oemar Bakri menekan figur guru profesional yang berakhlak baik. Akhlak atau moral yang baik merupakan indikator kinerja guru profesional.Â
Tentu saja tidak cukup dengan bermoral baik, guru harus memiliki kompetensi dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pendidikan global pada abad 21 ini.Â