Mohon tunggu...
Tobari
Tobari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Berharap diri ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Aksi Dosen ASN 3 Februari 2025: Tuntutan Hak yang Seharusnya Sudah Diterima

2 Februari 2025   17:36 Diperbarui: 2 Februari 2025   17:53 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dosen ASN saat menyampaikan tuntutannya di halaman kantor LLDIKTI Wilayah 5 DIY, Rabu (22/1/2025) (KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO)

Pak Elia Radianto foto bersama isteri dan anak bungsunya (Sumber: Elia Radianto) 
Pak Elia Radianto foto bersama isteri dan anak bungsunya (Sumber: Elia Radianto) 

Elia Radianto saat ini berusia 60 tahun dan memiliki tiga anak, dua puteri dan satu putera yang masih berusia 10 tahun. Kebutuhan keluarganya semakin mendesak, sementara gaji yang ia terima selalu terpotong untuk berbagai cicilan yang tidak bisa ia hindari. Situasi ini tidak hanya membuatnya tertekan secara finansial, tetapi juga secara emosional dan psikologis.

Kisah Elia Radianto hanyalah satu dari sekian banyak kisah pilu para dosen ASN yang berjuang untuk mempertahankan kehidupannya. 

Banyak keluh kesah dari para dosen yang disampaikan dalam WA grup tersebut,  yang terpaksa berutang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai pendidikan anak-anaknya, atau bahkan sekadar untuk mempertahankan tempat tinggal. Ada pula yang terpaksa menunda studi lanjut ke jenjang S3 karena keterbatasan finansial, padahal pendidikan tinggi merupakan syarat utama bagi dosen untuk meningkatkan kualitas akademiknya.

Para dosen yang tergabung dalam aksi ini bukan sekadar menuntut haknya, tetapi juga memperjuangkan masa depan pendidikan tinggi di Indonesia. Sebab, jika kesejahteraan dosen terus diabaikan, maka kualitas pendidikan pun akan semakin terancam. 

Tukin yang mereka perjuangkan bukan hanya sekadar angka di atas kertas, tetapi merupakan sumber penghidupan yang telah mereka nantikan selama bertahun-tahun.

Seorang dosen lain yang juga mengikuti aksi ini menambahkan, "Kami bukan hanya ingin hak kami dibayarkan, tetapi juga ingin pemerintah memahami bahwa kesejahteraan dosen adalah investasi bagi masa depan bangsa. Jika kami harus terus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan dasar, bagaimana kami bisa fokus mendidik generasi penerus?"

Harapan besar disematkan pada aksi demonstrasi ini. Para dosen berharap pemerintah, khususnya Presiden, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Menteri Keuangan, serta Pimpinan DPR RI, dapat segera mengambil kebijakan yang berpihak kepada para pejuang akademik ini.

Dengan terealisasinya pembayaran Tukin, banyak hal yang bisa berubah: para dosen bisa memenuhi kebutuhan dasar kehidupannya, membayar utang yang semakin menumpuk, serta melanjutkan pendidikan dan penelitian yang selama ini terbengkalai akibat keterbatasan dana terkhusus untuk publikasi bereputasi.

Dalam situasi penuh tekanan ini, para dosen tetap menggantungkan harapan mereka pada keadilan dan kebijaksanaan pemerintah. Dengan tekad yang bulat, mereka siap berjuang di jalanan ibu kota, membawa suara mereka yang selama ini belum terdengar.

Perjuangan ini bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang martabat dan penghormatan terhadap profesi dosen sebagai pilar utama pendidikan tinggi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun