Mohon tunggu...
Kemenlu Bem FSSR UNS
Kemenlu Bem FSSR UNS Mohon Tunggu... -

Pasukan perang presiden BEM FSSR UNS, provider ajang pencerdasan mahasiswa dan pengembang jaringan BEM FSSR UNS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lawan Korupsi dengan Kejujuran

20 Desember 2013   15:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:42 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hampir setiap hari kita dapat membaca atau menonton di berbagai media cetak atau elektronik tentang bagaimana para pejabat kita memainkan perannya dalam melakukan tindak pidana korupsi, kita lihat sendiri bagaimana suburnya praktek korupsi yang ada di negeri ini. Beberapa tahun lalu kita pun sama-sama ingat bagaimana oleh salah satu lembaga survey, Indonesia ditempatkan pada urutan ke tiga sebagai negara terkorup di dunia. Tentunya itu bukan sesuatu yang aneh atau unik, lihat sendiri bagaimana para pejabat kita dari tingkat pusat sampai daerah mengkorup uang rakyat untuk memenuhi nafsu mereka sendiri, beritanya pun tidak jarang-jarang diliput, tapi dalam satu tahun beberapa pejabat negeri ini telah tertangkap tangan melakukan tindakan keji tersebut, baru hari minggu kemarin, KPK mengadakan “confrensi pers” untuk memberitakan kepala kejaksaan negeri di Provinsi NTB, tertangkap tangan oleh KPK di salah satu hotel sedang menerima suap dari seorang pengusaha, dan bersamanya pula diciduk seorang wanita tuna susila, kemudian yang tidak kalah mengejutkan lagi, ketua MK yang memegang kekuasan hukum tertinggi tertangkap tangan oleh KPK dan lagi-lagi karena menerima suap, juga para anggota dewan yang terhormat, para elit politik, dan pejabat-pejabat pemerintah lainnya  yang sama-sama mengeruk uang negara untuk mengkayakan diri mereka sendiri.

Hal Ini sudah menjadi ironi di negara ini, mereka sudah melupakan sumpah mereka ketika dilantik atau bagaimana rakyat memilih mereka dengan harapan para pemimpin tersebut dapat menjadi “imam” yang baik untuk mereka, membantu meningkatkan taraf hidup rakyatnya, panutan yang dapat dicontoh dan  bagaimana mereka dijadikan tempat sandaran dalam hukum untuk menghukum yang salah dan membela yang benar tapi semua itu dijadikan ajang untuk mengeruk kekayaan sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi yang akhirnya hukum dijadikan alas kaki bagi para oknum pejabat tersebut.

Kita dapat melihat bagaimana kondisi rakyat di negara ini, negara yang kaya ini telah kalah bersaing dengan negara-negara tetangga kita yang bahkan kemerdekaan mereka jauh setelah negara kita merdeka, kita lihat bagaimana Singapura, Malaysia, Filipina dan Cina telah membangun negara mereka dengan sangat hebat. Kita ambil contoh Singapura, kalau kita pikir bagaimana negara sekecil itu dan tidak memiliki sumber daya alam apapun dapat memiliki tingkat ekonomi yang maju pesat, modern, dan kesejahteraan rakyat yang tinggi, serta ketertiban di segala tingkat kehidupan, Cina beberapa puluh tahun yang lalu, setaraf dengan negara ini, sekarang akan diprediksi menjadi negara adidaya yang baru menggantikan Amerika Serikat yang terkena gejolak moneter, karena ekonomi cina tidak goyah walaupun ekonomi dunia sekarang sedang dihantam masalah yang besar, atau Malaysia yang kemerdekaannya setelah negara kita merdeka, tingkat perekonomiannya pun masih lebih maju dari negara kita, menurut salah satu pakar ekonomi, perekonomian Malaysia lebih maju 20 tahun dari Indonesia.

Itu semua tak lepas bagaimana pemerintahnya mengambil tindakan serius terhadap segala praktek korupsi di negara mereka, kita mungkin sudah mendengar bagaimana cara Cina menghukum para pelaku korupsi di negaranya dengan hukuman mati, Singapura pun sama, setiap tindakan yang merugikan Negara dan mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara akan mereka ambil tindakan serius, bagaimana dengan Indonesia? Seorang Gayus Tambunan yang telah merusak citra perpajakan dan mengkorupsi uang rakyat milyaran rupiah hanya di hukum 7 tahun penjara. Ya hanya 7 tahun? Jika dibanding uang yang telah dia korupsi, hukuman itu tidak ada apa-apanya, bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa oknum pejabat di penjara pun melakukan praktik korupsi dengan membiarkan para tersangka korupsi menerima fasilitas yang tidak seharusnya dia dapatkan di dalam penjara, belum terhitung juga bagaimana pejabat kecil pun ikut melakukannya. Ini menjadi tanda Tanya dalam benak saya khususnya. Apa ini sudah menjadi DNA bangsa ini, jika bangsa ini adalah bangsa korup? apa memang kita dididik menjadi pelaku koruptor selanjutnya oleh para pembesar negeri ini? Dan Apakah ini juga sudah menjadi suratan takdir jika bangsa ini tidak akan pernah maju karena korupsi?

Sangat sudah akutnya begitukah praktik korupsi di negara ini? Jika bisa dibilang iya, tapi kita tetap berharap ada sebuah keajaiban tuhan untuk membinasakan praktek jahanam tersebut, karena jika itu terus terjadi jangan pernah bermimpi negara ini akan memiliki tingkat kehidupan yang maju, serta Kehidupan berbangsa dan bernegara yang tertib, gemah ripah loh jinawi, cita-cita luhur para pendiri bangsa ini tidak akan akan pernah terwujud, rakyat akan semakin menderita. Apa kita sebagai generasi bangsa ini selanjutnya tetap ingin dengan keadaan tersebut? Tentu tidak. Kita jadikan diri kita pelopor menghancurkan praktek laten korupsi dengan melakukan kejujuran disetiap tindakan kita, dan menyadari setiap kejahatan, kecurangan, dan kelicikan pasti dapat balasan yang berat di masyarakat atau setidaknya di hadapan Tuhan, dan semua kejahatan pasti akan terungkap kebenarannya.

Sekali lagi demi diri kita sebagai rakyat negara ini, kita harus berani melakukan kejujuran, jauhi kecurangan, dan berani mengungkap kejahatan yang kita lihat sendiri. Kita yakin kita mampu benahi bangsa ini dari hal terkecil, dan katakan tidak pada KORUPSI!!!!

By: Endah Dwijayanti

Eksmud Kemenlu BEM FSSR UNS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun