Mohon tunggu...
Teguh Nugroho
Teguh Nugroho Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecinta traveling, jelajah kota, arsitektur, interior - eksterior :D

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mempertimbangkan Self-Publishing (Print-on-Demand)

10 Mei 2012   05:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:29 2122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13366261811296373584

Kamu suka nulis? Kamu pengen jadi novelis? Kamu pengen buku kamu terbit? Berarti sama seperti saya, haha. Sebagai seseorang yang hobi nulis, sepertinya telat untuk mengetahui apa itu self-publishing. Saya baru tahu konsep self-publishing dengan sistem Print-on-Demand ini beberapa hari lalu. Waktu itu saya sedang buka-buka situsnya Mizan (untuk yang kesekian kalinya) demi mencari informasi bagaimana saya bisa menerbitkan novel saya. Ternyata Mizan baru saja meluncurkan program Print-on-Demand, di mana penulis bisa langsung menerbitkan bukunya tanpa harus berbelit-belit dengan proses birokrasi konvensional yang ribet dan memakan waktu lama. Buku akan "dipajang" di portalnya Mizan itu dan hanya akan dicetak bila ada yang memesan. Proses penyuntingan, proses pembuatan desain sampul, semuanya dilakukan oleh penulis. Jadi, di sini penulis sekaligus diposisikan sebagai seorang penerbit. Tentu saja ada template yang sudah disediakan, yang harus diunduh terlebih dahulu. [caption id="attachment_187414" align="aligncenter" width="424" caption="ilustrasi: ilustrasi: http://www.ehow.com/how_107987_self-publish-book.html"][/caption] Singkat cerita saya menjelajah dunia maya, bertanya-tanya kepada Mbah Google, dan tahu bahwa Mizan bukan yang pertama menerapkan sistem ini. Ada nulisbuku.com, yang sudah menghasilkan banyak buku-buku Print-on-Demand daripada Mizan yang saat itu baru memiliki satu buku Print-on-Demand. Nulisbuku ini bisa dibilang portal self-publishing pertama dan terbesar di Indonesia (kalau salah, mohon koreksinya ya). Wah, kayaknya gampang banget ya. Impian kita untuk menjadi seorang penulis akan segera menjadi kenyataan! Nggak ada lagi acara ditolak penerbit, atau negosiasi royalti sama penerbit, dan lain sebagainya. Well, apakah segampang yang dipikirkan? Dan, apakah benar-benar solusi untuk kita yang ingin menerbitkan buku? Saya yang sebenernya sudah register dan download template di Nulisbuku, akhirnya menangguhkan niat saya untuk menerbitkan buku dengan jalur Print-on-Demand ini. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan saya sebelum melakukan proses yang lebih jauh. Yang pertama adalah, kita harus mendesain sampul buku kita sendiri. Tentu saja kita tidak bisa sembarangan dalam membuat desain. Kita harus membuat desain yang menarik dan sesuai, nggak asal "insert picture" atau "insert wordart". Tentunya kita membutuhkan software desain grafis. Masalah pertama buat saya pun datang: saya tidak punya software desain grafis untuk menyesuaikan template yang sudah saya download dengan desain yang saya inginkan. Ditambah, saya tidak bisa desain grafis :'( Beruntunglah yang punya teman jago desain grafis. Tapi kalau nggak, kita juga bisa memakai jasa pembuatan desain. Tentu saja berbayar, dan ini harus dipertimbangkan. Hal kedua, kita harus menyunting naskah kita sendiri. Mungkin kamu merasa naskahmu sudah kamu sunting sendiri dengan baik, sudah memenuhi kriteria-kriteria standar penerbitan buku. Tapi, begitukah menurut pembaca? Kalau misalnya menggunakan jasa penyuntingan, ini tentu menuntut kita buat mengeluarkan dana lagi. Haha. Nah, selanjutnya adalah hal yang sekilas seperti sebuah kelebihan, padahal sebenarnya sama saja (bahkan malah menjadi kekurangan). Oke, kita memang tidak perlu mengeluarkan biaya buat nge-print novel kita, seperti yang harus kita lakukan kalau mengirimkan naskah kepada penerbit (hard-copy). Tapi ternyata... Kamu harus tetap mengeluarkan duit untuk buku yang kamu submit ke Nulisbuku atau jasa self-publishing lainnya. Baru deh ditampilkan di portal mereka. Nah loh, sudah keluar duit lagi kan? Kalaupun jasa self-publishing kamu tidak menuntut tahap ini, kamu tetep harus punya buku kamu dalam bentuk hard-copy. Gunanya buat apa? Buat kamu bisa memprompsikan buku kamu ke temen-temen kamu. Dari kalimat terakhir di atas, ada lagi hal yang harus kamu pertimbangkan. Sebagai seorang self-publisher, kamu dituntut untuk pandai melakukan promosi. Baik promosi online (dengan media sosial atau forum online) maupun offline. Jangan dikira gampang lho melakukan promosi ini. Kenapa? Karena: 1) Kamu bukanlah siapa-siapa hehe, dan 2) Buku kamu diterbitkan dengan cara self-publishing. Di sini, kredibilitas kamu dan karya kamu menjadi pertanyaan besar. Kecuali kamu sudah menjadi penulis terkenal, dan membuat buku secara self-publishing, di situ kamu masih punya kekuatan. Tapi yah, biasanya yang menggunakan cara self-publishing ini kan adalah penulis-penulis awam. Di Indonesia, sistem seperti ini belum populer. Orang kalau mau beli buku, ya ke toko buku. Buku yang dibeli pun buku yang memang benar-benar dicetak oleh penerbit. Mereka bisa melihat bukunya secara langsung, membelinya secara langsung, dan bisa langsung dibawa pulang ke rumah untuk dibaca. Kalau Print-on-Demand seperti ini, pembeli masih harus menunggu waktu lagi untuk buku yang dia beli sampai di depan rumahnya. Belum dengan metode pembayaran via transfer yang kadang tidak disukai. Nah, sampai di sini teman-teman bisa berpikir-pikir lagi. Kalaupun semua hambatan di atas bisa teman-teman atasi, apakah kamu yakin buku kamu akan laris dibeli? Yakin kamu bisa terkenal seperti novelis idolamu? Kecuali kalau memang kamu pengen sekedar menerbitkan buku, tapi nggak peduli seberapa larisnya buku kamu. Buat saya pribadi, saya masih akan tetap memilih cara konvensional. Saya yakin aja sih, kalau misalnya novel saya tidak diterima, berarti mungkin m emang novel saya belum layak jual. Mungkin dari segi cerita kurang berbobot, temanya pasaran, gaya bahasanya kacau, dan lain sebagainya. Memang tidak mudah dan tidak sebentar, menunggu 3 bulan belum tentu diterima, bahkan kalaupun sudah diterima pun masih ada proses berbulan-bulan lagi yang harus dijalani, but I'll fight for it! Silakan buat temen-temen yang mau berkomentar. Ini sekedar analisis dan opini saya. Tetap semangat menulis semuanya. Tuhan memberkati :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun