Mohon tunggu...
Tngso_
Tngso_ Mohon Tunggu... Freelancer - share anything

Anak kedua dari tiga bersaudara, begitulah anak ke dua

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bahagia Tidak Sesederhana Itu

1 Februari 2022   20:44 Diperbarui: 1 Februari 2022   20:45 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Mungkin kalian pernah mendengar atau membaca kata "Bahagia itu sederhana". Benarkah bahagia itu sederhana, jika bahagia itu sederhana mengapa masih banyak orang mengeluh diluar sana, masih banyak orang susah diluar sana ? dan masih banyak lagi orang yang belum bahagia diluar sana, padahal bahagia itu sederhana.

Ada banyak bentuk bahagia itu sederhana. Bisa makan bareng keluarga dirumah, duduk bersama bapak depan teras rumah, dibeliin seblak sama pacar, ditelfonin mamah pas lagi nongkrong disuruh pulang dan masih banyak lagi. 

Tapi pernahkah kita berfikir bahwa bahagia itu bukan dari kita ? bukan kita yang menghadirkan momen bahgia itu. Kebahagiaan yang kita alami kebanyakan datang dari orang lain, bukan dari diri kita sendiri.

Kenapa ? karena bahagia tidak sesederhana itu, kita butuh orang lain untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan. Jalan kepantai sendirian bukanlah sebuah kebahagiaan yang kita ciptakan sendiri, kita lupa pada penjaga pantai yang selalu menjaga kebersihan pantai agar kita bisa self healing disana, kita juga lupa pada perasaan hawatir ibu yang menunggu kita pulang kerumah, kita juga mungkin lupa bagaimana keluarga kita berusaha meluangkan waktunya agar bisa makan malam bersama kita. Bahagia tidak sesederhana itu.

Untuk menciptakan kebahagiaan tidaklah gampang, setiap orang memiliki konsep bahagianya masing-masing tapi ingat, tidak semudah dan sesederhana itu. Adakalanya kita harus menunda atau mungkin mengorbankan kebahgiaan orang lain demi kebahagiaan kita sendiri tanpa kita sadari. 

Sama halnya dengan keputusan, selalu memilki konsekuensi yang dimana kita harus siap menerimanya, begitu pula dengan kebahagiaan siapkah kita meneremia segala konsekuensinya ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun