Ali Sadikin merupakan Gubernur DKI Jakarta yang menjabat pada periode tahun 1966-1977. Beliau lahir di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 7 Juli 1927 dari pasangan bangsawan Sunda yaitu Raden Sadikin, Kepala Dinas (Landboine Consulent) di Kabupaten Sumedang dengan Itjih Soekarsih Sadikin. Sosok Ali Sadikin yang tampan dan memiliki kepribadian yang tegas, berselera humor dan dramatis, seringkali disebutkan sebagai tokoh kasrismatik. Beliau juga sangat dekat dan ramah dengan rakyat, selain itu Ali Sadikin sangat tidak menyukai feodalisme. Sosok yang "keras" juga sering digunakan terhadap Ali Sadikin untuk menggambarkan pemikirannya yang independen dan tidak mudah goyah.
Ali sadikin merupakan anak kelima dari enam saudaranya yang semuanya adalah laki-laki. Ali sadikin menikah dengan Nani Arnasih pada tahun 1954, beliau merupakan seorang dokter gigi dan dikaruniai 4 orang putra. Pada tahun 1986, ibu Nani meninggal dunia, setelah melewati beberapa perawatan di rumah sakit. Setelah ditinggalkan oleh almarhumah istrinya, tepatnya setelah setahun wafatnya ibu Nani, Ali Sadikin kemudian menikah lagi dengan ibu Linda Mangan pada tahun 1987 dan dikaruniai satu orang anak laki-laki.
Karakter Ali Sadikin yang terkenal dengan keras merupakan warisan dari orang tuanya yang merupakan tokoh terpandang di mata masyarakat. Ali sadikin juga sangat sensitif dalam memperhatikan rakyatnya. Baginya Jakarta ini adalah sebuah perusahaan yang besar yang harus dikelola dengan baik. Sosok yang cerdas dan realistis, serta membuat pemikirannya yang di penuhi oleh konsep-konsep kritis untuk membangun Jakarta.
Selain itu, sosok tempramennya yang kerang seringkali ditunjukkan dalam usahanya untuk membuat hidup masyarakat menjadi lebih disiplin. Keteladanannya dalam bidang keberanian, ketegasannya, kerja keras, kedisiplinan, ketulusannya, efektivitasnya dalam memimpin Jakarta, keseriusannya dalam bekerja dan bukan hanya sekedar citra, serta visinya yang jauh memandang ke depan dalam membangun Jakarta. Membuat beliau siap menghadapi konflik dan kritik secara langsung. Â Serta didikan Islam yang diterimanya membuat Ali Sadikin mudah bergaul dengan para pemimpin agama di Jakarta, namun ia juga tidak segan menikamati dansa modern, seni modern dan sisi kehidupan kota yang lebih trendi. Walaupun memiliki sifat yang keras kepala, Ali Sadikin juga memiliki selera seni. Beliau juga mengingkan Jakarta menjadi tempat yang indah dan berbudaya.
Referensi
Blackburn, S. 2011. Jakarta Sejarah 400 Tahun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H