Ketika mendalamai suatu karakter seseorang, mungkin pernah diantara kita yang mendengar istilah 'ekstrovert' dan 'introvert'. 'Ekstrovert' adalah suatu karakter yang menunjukkan keaktifan sesorang ketika berinteraksi sosial, mudah bergaul, cenderung periang, ceplas-ceplos dan terbuka. Sedangkan 'introvet' adalah kepribadian yang bertolak belakang dengan lawannya si 'ekstrovert' ini.
'Introvert' cukup sulit beradaptasi ditengah keramaian, tidak selalu pendiam tapi rata-rata memang sedikit berbicara dan terkesan tertutup. Dari kedua sifat tersebut tidak ada yang salah dengan keduanya. Semuanya ada sisi yang baik dan buruknya. Dan tentu kita sudah merasakan itu didalam kelompok pertemanan kita masing-masing.
Manakala kita ditengah kesedihan, si 'ekstrovert' datang dengan keceriaannya dan memberikan candaan-candaan jitu. Lalu dengan sentuhan mendalam si 'introvert' bisa lebih masuk dalam obrolan-obrolan yang bersifat privasi dan bisa lebih dipercaya.
Namun apakah kita semua terbagi diantara salah-satunya atau malah keduanya. Memang ada istilah berikutnya yang menyebut perpaduan keduanya yakni 'ambivert'. Dimana terkadang dia bisa jadi sangat 'ekstrovert' dan sangat 'introvert'.
Tapi sebetulnya setiap tentu punya kecenderungan masing-masing. Dalam menghitung persentasenya, apakah kita lebih mencondong ke 'ekstrovert' ataukah 'introvert'? hanya anda sendiri yang bisa menjawabnya.
lalu pertanyaan berikutnya yang juga sering saya dengar adalah apakah bisa terjadi perubahan dimana dulunya seorang 'ekstrovert' kemudian menjadi 'intorvert' dan sebaliknya. Dalam tulisan ini saya akan lebih menjelaskan jika memang perubahan itu bisa terjadi pada kehidupan seseorang. Yah, kita tahu waktu terus berjalan, perubahan emosi selalu ada dan berubah-ubah setiap detiknya. Dan perubahan yang akan dibahas disini adalah perubahan yang dialami oleh orang yang dulunya 'ekstrovert' lalu menjadi 'introvert'.
Pernahkah anda melihat seorang teman anda yang dulu begitu ceria, terbuka dan rame tiba-tiba berubah menjadi lebih perasa, pendiam dan tertutup?. ataukah itu terjadi pada anda sendiri?
Ada beberapa faktor yang biasanya mendorong seorang tersebut berubah dari satu karakter 'ekstrovert' menjadi 'introvert' diantaranya:
1. Trauma Bully dimasa kecil
Untuk penyebab yang satu ini mengambarkan suatu perubahan sikap dari anak-anak yang dulunya periang kemudian menjadi sangat pendiam dan terkesan murung. Bagi para orangtua, jangan anggap enteng perubahan sikap tersebut. Bisa jadi anak anda sedang mengalami tekanan yang luar biasa dilingkungannya yang berdampak pada mentalnya. Trauma bully yang dialami seseorang akan terbawa sampai mereka dewasa sehingga, ketika pun mereka sudah berusaha keras untuk merubah sikap itu, tetapi mental dasar yang mereka punya akan terus ada.
Ketika ada satu masalah yang berhubungan dengan trauma masa kecilnya, maka akan membuatnya menjadi kembali 'introvert'. sebagai contoh, saat diawal bekerjasama dengan rekan kerja dikantor, kita melihat pada awalnya dia terlihat begitu 'ekstrovert' karna memang dia sudah berusaha keras untuk merubah itu dilingkungan sebelumnya, namun ketika bergabung dilingkungan anda yang penuh dengan bully maka akan menstimulasi orang tersebut untuk menjadi 'introvert' lagi.
2.Kehilangan orang yang dicintai
Setiap orang baik itu 'ekstrovert' maupun 'introvert' tentu mempunyai dasar motivasi terhadap orang yang dicintainya. Dan inilah juga yang kemudian menjadi boomerang untuk si 'ekstrovert' itu sendiri. Disaat orang yang membuatnya semangat itu pergi baik untuk kepergian yang jauh atau perpisahan alami yakni kematian akan menimbulkan tekanan yang luar biasa yang bisa dengan signifikannya merubah karakter si 'ekstrovert' ini berubah menjadi 'introvert'.Â
3.Terlalu banyak Kegagalan yang dialami
Seorang yang terbuka  seperti 'ekstrovert' memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan 'introvert'. Tapi ketika kegagalan yang terus-menerus berulang dihadapinya. Ini mengikis rasa percaya diri itu sehingga menimbulkan trauma baru yang malah membuatnya menjadi menutup diri dari lingkungannya dan meratapi kegagalan tersebut. Disinilah tanpa disadari dia telah merubah karakternya karena memang tuntutan keadaan yang begitu menekan si 'ekstrovert'.
4.Penghianatan yang terus menerus
karakter dasar seorang 'ekstrovert' adalah terbuka dan mudah percaya kepada semua orang. Ini pertanda baik untuk bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru dan membangun pertemanan yang banyak. namun terkadang ini juga yang tidak disadari akan menjadi pisau bermata dua untuk kelangsungan karakter seorang 'ekstrovert'.
Ketika mendapatkan penghianatan yang berujung kecewa yang berkelanjutan. Ini juga menjadi trauma berikutnya yang bisa membungkam mulut seorang 'ektrovert' yang kemudian secara tiba-tiba akan berubah menjadi 'introvert'. Sebagai contoh, ketika seorang menaruh kepercayaan atas rahasia pribadi.
Lantas orang yang dipercayai itu tidak memegang teguh kerahasiaannya dan malah menjadikan itu sebagai senjata untuk menjatuhkan si 'esktrovert'. Jelas saja ini akan membangun opini baru dalam karakter dasar seorang 'ekstrovert'. Ditambah lagi jika kecewa itu terus menerus ditemui oleh dirinya. kecenderungan berubah menjadi 'introvert' akan sangat mungkin terjadi melalui faktor ini.
5.Lingkungan yang tidak mensupport
Faktor ini masih berhubungan dengan faktor pertama dimana membahas mengenai bullying. Nah, ketika si 'ekstrovert' dihadaapkan dengan lingkungan yang tingkat bullyingnya tinggi, maka lambat laun ini akan menghancurkan benteng pertahanannya sebagai seorang 'ekstrovert'. Karena sejatinya omongan-omongan seseorang yang adalah tidak mencerminkan diri kita ketika diucapkan dan kita temui hampir setiapkali berada dilingkungan yang kurang sehat ini, maka akan menjadi sugesti tersendiri buat kita terutama seorang 'ekstrovert'.
Misalkan seorang 'ekstrovert' ini sangat terbuka dan percaya diri dengan apa yang ada didirinya. Hingga suatu waktu ketika bercampur dengan lingkungan dengan tingkat bullying tinggi tersebut, dia malah dipaksa untuk notice dengan bentuk tubuhnya yang terlalu gendut yang mungkin awalnya bagi si 'ekstrovert' tersebut bukanlah suatu masalah. Namun ketika bully itu datang secara terus menerus maka ini akan menciptakan pola pikir sesuai kemauan dari si pembully jika si 'ektrovert' tidak berhati-hati dengan ini dan semakin termakan omongan sekitar.
Kemudian dari faktor-faktor tersebut yang berhasil merubah karakter seorang yang dulunya adalah 'ektrovert' menjadi seorang 'introvert, apakah bisa disembuhkan dan kembali pada porsi awalnya sebagai seorang yang terbuka?
mungkin jawaban anda bisa berbeda. Tetapi bayangkan sebuah balok kayu yang ditancapkan paku begitu dalam. Bisa saja paku tersebut dicabut lalu dibuang. Namun bekas tancapan paku tersebut masih menimbulkan bekas lobang yang tidak bisa dipulihkan selayaknya awal meskipun dilakukan penambalan dengan serbuk kayu baru.
Ini menjadi gambaran penting untuk kita semuanya untuk lebih berhati-hati dalam meresponi setiap apa yang ada disekitar kita. Jangan sampai kita melupakan nature manusia kita sehingga menimbulkan luka tersebut bagi orang-orang 'ekstrovert'. Terutama untuk kita yang punya kecondongan untuk membully atau bahkan korban bully yang tanpa sadar malah membalaskan dendamnya pada orang yang salah.
Seorang 'ekstrovert' yang tak selayaknya mendapatkan perlakuan yang kita dapatkan sebelumnya. Mungkin saya dan anda bisa sama-sama belajar untuk lebih berbijaksana dalam bersikap. Demikianlah keseimbangan kemanusiaan itu akan tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H