Mohon tunggu...
Teacher Learning Center PGSI DAERAH BEKASI
Teacher Learning Center PGSI DAERAH BEKASI Mohon Tunggu... -

Teacher Learning Center PGSI Daerah Bekasi sebagai wadah silaturahim, kajian, pendidikan dan pelatihan serta pembinaan guru-guru mula dan muda dalam mengatasi gagap Agama (Kitab Suci), gagap bahasa (Asing/Inggris/Arab), gagap teknologi (TIK/DLL), gagap Strategi, Administrasi, Metode, Media dan gagap-gagap yang lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Menjadi Muslimun yang “Musingin”

5 Juli 2014   20:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:21 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dialog sederhana berikut ini diambil dari paparan penceramah taraweh di masjid komplek perumahan dimana penulis tinggal. Ada dua pertanyaan sederhana dan mungkin juga tidak ilmiah yang dilontarkan kepada para jamaah sholat taraweh, oleh sang Penceramah,yaitu:

Pertanyaan Pertama:

“Jika jamaah harus memilih secara jujur, apakah ingin miskin tapi sholat atau ingin kaya tapi tidak pernah sholat?”, tanya sang penceramah serius.Para jamaah agak sedikit bingung, semuanya mengandung risiko cukup berat, apalagi di bulan Ramadhan yang pernuh berkah ini, keinginannya bisa terkabul. “Ayo pilih yang mana ?, Sholat tapi miskin apa kaya tapi gak sholat?”, seru sang penceramah mengulangi pertanyaannya. Maka secara serentak sebagian besar jamaah menjawab dengan sedikit bergurau: “Kaya tapi sholat”. “Nah kan , jamaah maunya yang enak-enak saja”, timpal sang ustadz.

Pertanyaan kedua:

“Jika di dompet para jamaah ada dua lembar uang, satulembar seratus ribuan dan satu lembarsepuluh ribuan rupiah. Kira-kira lembar mana yang akan dimasukkan kedalam kotak amal yang lewat didepannya?”, tanya sang ustadz. Dengan tanpa keraguan dan cukup kompak, jamaah menjawab:” Sepuluh ribuan”, hanya segelintir jamaah yang menjawab seratus ribuan. “Nah ini jawaban jujur”, guarau sang Penceramah.

Coba perhatikan dari dialog sederhana tersebut di atas. Semua jamaah menjawab yang enak buat dirinya, tetapi ‘pelit’ untuk menyambut kemauan Alloh. Keininginannya di kalamuda foya-foya, di kalatua kaya raya, jika mati masuk syurga. Tetapi giliran hak Alloh, cukup dengansepuluh ribu rupiah padahal ada seratus ribuan di dalam dompetnya. Itulah fenomena kaum muslimin yang ada saat ini. Jadi kalau kita kategorigan kaum muslimin saat ini, ada tiga kategori, yaitu:

a.Muslimun yang mukminun

b.Muslimun yang musiman

c.Muslimun yang “musingin

Kelompok pertama, Muslimun yang mukminun, jumlahnya sangat sedikit. Kelompok umat Islam ini, keislamnya mantap imannya kuat. Mereka paham tentang ibadah. Konsisten. Mereka taat menjalankan perintah Alloh dan meninggalkan laranganNya. Mereka inilah calon-calon penghunisyurga.

Kelompok ke dua: Muslimun yang musiman. Kelompok ini relatif lebih banyak. Sayang kurang konsisten dalam menjalankan amal ibadahnya. Ibadahnya tergantung “musim”. Sebagai contoh sholat malam tergantung “musim” taraweh di bulan Ramadhan. Paska ramadhan, tidak sholat malam lagi.Kelompok ini perlu dinasehati terus menerus agar berubah menjadi Muslimun yang Mukminun.

Kelompok ke tiga: Muslimun yang ‘musingin’. Inilah kelompok terbesar di negeri ini. Banyak Islam KTP. Mengaku Islam,tetapi akhlak dan tingkah lakunya jauh dari nilai-nilai keislaman. Ribut melulu dalam urusan yang furu’iyyah. Bid’ah membid’ahkan orang lain menjadi omongan keseharian, tanpa mempedulikan bahwa ukhuwah islamiyah lebih penting ketimbang dari pada “gontok-gontokan” masalah qunut, masalah niat dilisankan atau cukup dalam hati, gerakan jari saat takhiyat, dsb. Kelompok ini perlu banyak belajar toleransi dan kaidah-kaidah usul fiqih agar tidak taklid buta. Berikan kesadaran bahwa urusan perjuangan uamat Islam masih banyak yang lebih penting dari pada sekedar “gontok-gontokan” masalah praktek ibadah yang bukan inti, tetapi furu’ (cabang).Ukhuwah Islamiyyah mengahadapiAl yahud wan Nashara jauh lebih penting. Ingat peringatan Alloh dalam Surat Al Baqarah 102 : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan (pernah) senang kepada kamu sebelum kamu mengikuti agama mereka”

Oleh karena itu marilah kita berusaha jangan menjadi Muslimun yang Musingin, tetapi jadilah muslimun yang mukminin. Wallohu a’lam bishshowab.

Renungan awal Ramadhan 1435 H, by: Ketua DKM Masjid An Nur PT Indonesia Power.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun