Revolusi Petok-petok bagian2
Akhirnya kuputuskan untuk inspeksi ke kandang langsung. Dalam kandang terlihat para ayam sibuk dengan dunianya, ada yang ngakses internet, chating, waktu itu belum ada Face Book (FB)tetapi Pantat Book (PB)….oh ya..sedikit catatan sebenare sejarah FB percaya ato tidak berasal dari kandang ayamku. Media jejaring sosial di dunia maya nomor satu ini diciptakan oleh para ayam dan dinamakan Pantat Book, dinamakan pantat book karena kondisi psikologis dan kesehatan ayam biasanya dikenali dari warna pantatnya. Ingat para pedagang ayam kalo melihat sehat tidaknya ayam pasti nglihat bahkan dipegang pantatnya, jadilah Pantat Book. Ketika itu PB sudah punya ribuan member dari berbagai belahan dunia yang rata-rata para ayam. Namun selang beberapa tahun kemudian aplikasi PB dan source code nya berhasil jatuh ke tangan mark zuckerbergdan disempurnakan untuk manusia dan dinamai Facebook. Dinamai facebook karena kalo nglihat kondisi kesehatan dan psikologi manusia biasanya dilihat dari wajah (face) serta dipegang jidatnya maka jadilah media jejaring sosial dunia maya bernama facebook…percayalah!) Kembali ke para ayam…terlihat mereka asyik baca koran, dengerin musik, ngrumpi bahkan ada yang cuma tidur. Mereka benar-benar di surga pikirku, lalu apa yang salah?
Akhirnya akupun bersuara dengan pelan tapi berwibawa,”Ehm..ehm..selamat siang sodara-sodara!” Kataku tegas. Tak ada suara menyahut, wih aku dicuekin. “Selamat siang sodara-sodara!!” Kataku lebih keras. Terdengar dari ujung kandang jawaban,”petok tok!” yang artinya kira-kira: “Selamat siang juga pak, tumben nengok pak biasanya mbok Minthul yang kemari”. Asem aku ditumben-tumbeni lha aku kan yang punya terserah aku to mau kesini kapan saja. Selanjutnya semua bahasa ayam langsung kuterjemahkan ke bahasa Indonesia biar mudah dipahami.
”Begini sodara-sodara..ehm..akhir-akhir ini kulihat kok produksi telur sodara-sodara turun drastis..sebenere apa yang terjadi? Padahal semua fasilitas sudah saya penuhi dan sangat memanjakan sodara-sodara,” Tanyaku pada para ayam.
”Intinya pak kami ingin bebas, kami ingin keluar dari kandang jahanam ini, kalo tuntutan kami tak dituruti yang ada adalah revolusi sampe darah penghabisan pak!” Sahut ayam lainnya aku mengenalnya sebagai Marfuah Babon Ozawa.
[caption id="attachment_138358" align="alignnone" width="566" caption="Zaenab Petokina, Petok Jameela, Marfuah Babon Ozawa ; sumber gambar searching google"][/caption]
“WHAT?!!” Aku terkesima dengan brondongan omelan kata-kata yang begitu dahsyat dari ayam-ayam itu. Setelah sempat shock beberapa detik, akupun tersadar. Akupun bersuara,”Sodara-sodara, saya mendatangken sodara-sodara ketempat ini dengan biaya banyak, dengan modal pinjaman dan sampeyan-sampeyan takdatangken ke sini memang khusus buat bertelur, jadi itulah tugas utama sodara –sodara. Kalo sekarang sampeyan-sampeyan pengen keluar dari kandang ini jelas tidak saya terima, saya tidak ingin modal saya hilang begitu saja hanya karena cara berpikir sampeyan-sampeyan yang goblok dan nggak tahu balas budi. Sampeyan-sampeyan sudah saya kasih makan cukup, semua media hiburan sampe internet sudah saya penuhi kurang apa saya? Harusnya sodara sekalian bersyukur dan terimakasih mendapat fasilitas yang begitu mewah, amat langka jika ada yang menyediakan fasilitas mewah bagi ayam-ayam goblog seperti sodara-sodara saat ini. Sungguh saya amat kecewa dengan sodara sekalian. Sekarang sudah saya putusken tidak ada lagi musik, tidak ada lagi internet tidak ada lagi AC. Yang ada hanyalah makan secukupnya dan wajib bertelur, yang nggak mau nelor akan saya kasih hukuman yang berat, paling berat adalah dikirim ke warung makan ayam goreng mBok Sabar biar dicincang dan digoreng untuk dimakan. Demikian sodara-sodara supaya dapat dipahami omongan saya.” Aku langsung balik kanan tanpa senyuman berarti bagi ayam-ayam itu. Sementara mendengar kata-kata ayam goreng mBok Sabar ternyata para ayam keder juga, karena taklihat ada yan langsung pucat mukanya bahkan beberapa ada yang tiba-tiba nelor. “Rasain lo,” batinku.
[caption id="attachment_138356" align="alignnone" width="653" caption="Trio Agen: Boby, Kempus, Laler Ijo ; sumber gambar searching google"][/caption]
Alhasil ultimatumku ternyata lumayan efektif, sehari setelah kejadian itu produksi telur meningkat drastis hingga 95 butir, jelas jumlah yang sangat membahagiakan. Hari-hari berikutnya pun begitu produksi telur lumayan stabil kembali sperti semula 80 sampai 90 telur perhari. Sementara itu untuk mengantisipasi melarikan diri serta timbulnya kasak-kusuk pemberontakan, keamanan kandang kuperketat. Kubentuk tim pengamanan khusus kandang. Kucing rumah si Kempus yang kerjaanya tidur ku kasih tugas melakukan penjagaan dalam kandang serta pengawasan dari atap karena kulihat Kempus suka tiduran di genteng, ia cukup sigap dalam mengantispasi ayam yang mencoba melarikan diri. Sementara bagian luar kupasrahkan pada si Boby, anjing tetangga yang sebenarnya sudah tua dan ompong, namun karena badannya besar dan bulunya lebat item lagi, ia cukup menakutkan bagi penghuni kandang. Untuk menyadap pembicaraan tentang rencana pemberontakan dan pelarian diri kurekrut Laler ijo yang suka hinggap di atas kotoran ayam, ia cukup lincah terbang diantara ayam-ayam dan tak akan terdeteksi karena kebiasaannya yang hinggap pada kotoran ayam, sehingga mampu mendengarkan pembicaraan diantara para ayam, Laler Ijo adalah agen intelijen yang cerdas, mampu menyatu dan masuk organisasi para ayam, ia bahkan dijadikan tempat curhat para ayam. Sehingga mudah bagi aku mengetahui rencana-rencana pemberontakan para ayam.
Untuk memecah belah serta menghancurkan moral ayam-ayam, lewat Laler ijo kusebarkan isyu kontra intelejen, ku isyukan bahwa ayam-ayam yang vokal seperti Petok Jameela, Zaenab Petokina dan Marfuah Babon Ozawa sesungguhnya ayam banci yang tak bisa bertelur sehingga ia meleburkan diri pada ayam betina petelur produktif agar dapat jatah makan serta fasilitas. Jadi kalo ayam-ayam banci mengajak pemberontakan sebenarnya mereka mengajak pada kesengsaraan karena jatah makan serta fasllitas mewah yang seharusnya diperoleh ayam produktif jadi dicabut. Hal itutentu sangat merugikan ayam lain yang sangat berhak atas fasilitas mewah bak surga. Kalopun tiga ayam itu berbicara tentang kebahagiaan keluarga itu semua omong kosong karena mereka tak pernah bisa nelor serta mempunyai hubungan spsial dengan para jago karena mereka banci. Isyu tersebut cukup mengena dan sempat memecah belah mereka, dari pengamatan dan laporan Laler ijo para ayam sempat bertengkar dan terpecah antara yang pro serta kontra revolusi. Strategi jitu!
Kadang kuteror para ayam dengan perbuatan keji, yaitu dengan cara ngasih makan si Kempus dengan kepala ayam dan ceker goreng yang ku beli di angkringan. Kusuruh si Kempus makan kepala ayam serta ceker goreng di pintu kandang sehingga sangat mengerikan kelihatannya bagi para ayam. Tim pengamanan yang berlapis serta agen intelejen yang cerdas kubentuk karena dari rekaman CCTV yang sejak awal kupasang di kandang ternyata beberapa kali para ayam berusaha melarikan diri namun berhasil di cegah oleh mBok Minthul, sementara beberapakali kandang kemasukan ayam kampung yang memberikan informasi tentang dunia luar serta memprovokasi para ayam di kandang. Dari history browsing serta akses internet kulihat ternyata para ayam sempat mengakses website-website kiri, seperti: www. Redrebel.com, www. Soul of rebellion.com, www. story of che guevara.com, www. red revolution.com, www. Bolsevik.com, www. rageagaint capitalis.com serta website revolusoner lain. Ternyata dengan internet mereka menjadi lebih cerdas. Ternyata aku lupa menutup jalur website-website kiri dan semacamnya, yang meracuni pikiran para ayam dan juga aku nggak ngira kalo para ayam sampe terprovokasi seperti itu.
Dalam rapat-rapat tentang keamanan dan stabilitas kandang, kutekankan pada ketiga agen keamanan dan intelijen; si Kempus kucing rumah, si Boby anjing tua dan Laler ijo, bahwa jangan sampe ada ayam luar masuk ke kandang karena bisa menyebabkan instabilitas kandang serta jangan sampe ada ayam yang melarikan diri karena brita dalam kandang bisa tersebar ke dunia luar. Kalo sampe dunia luar tahu yang terjadi di dalam kandang bisa-bisa kandang ditutup dan para ayam dibebaskan oleh LPAPI (Lembaga Perlindungan Ayam Petelur Internasional). Selama ini laporan ke LPAPI kumanipulasi yang penting jumlah ayam masih utuh 100 tanpa ada yang mati karena penganiayaan atau sebab lain yang tidak wajar. Bahkan petugas LPAPI kusuap agar tidak jadi datang kekandang dan berdialog denga para ayam. Sampai beberapa minggu kondisi kandang ayam cukup kondusif, produksi stabil tanpa ada gejolak yang berarti. Memang sempat terdengar isyu rencana pemberontakan dan pelarian oleh para ayam, namun setelah kusuruh Laler Ijo untuk menyelidiki lebih lanjut ternyata isyu itu tak terbukti. Isyu itu mungkin sengaja disebar oleh ayam-ayam kampung luar kandang yang ingin memprovokasi ayam dalam kandang. Untuk sementara sukses mengendalikan revolusi para ayam..he..he.. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H