Menarik mencermati cerita rakyat Eropa tentang Ciderela. Kisah anak tiri dan selalu diperlakukan tidak adil oleh sang ibu tiri dan puncaknya tidak boleh menghadiri undangan pesta dari pangeran tampan. Meski pada endingnya seperti biasa, happy ending, Alias yang sabar dan jujur selalu dapat ganjaran berupa kebahagiaan. Saya setuju dengan analisa Arfian Tsani Afandi, cerita Cinderela menurutnya cukup menghibur namu karena Cinderela diceritakan sebagai perempuan yang terlalu nrimo, lemah dan tak berdaya dibawah hegemoni sang ibu tiri dengan para anak gadisnya yang kelewat kejam. Sehingga cerita itu kurang mendidik anak-anak mnjadi kuat dan progresif tanpa harus mnunggu keajaiban yang menghampiri.
Tetapi tahukah Anda bahwa di Nusantara, khususnya Pulau Jawa terdapat cerita yang hampir mirip dengan Cinderela? Adalah kisah Ande-Ande Lumut dengan para kleting alias para gadis. Dulu sewaktu saya kecil sebelum tidur almarhum ibu saya kerap menceritakan dongeng-dongeng nusantara termasuk kisah Ande-Ande Lumut. Menurut versi ibu saya (tentu saja seingat saya, dulu ibu saya selalu mengawali ceritanya dengan kata-kata ing sakwijining dino atau pada suatu hari) adalah sosok pemuda tampan si Ande-Ande Lumut, anak lurah yang sedang galau kasmaran dalam mencari cintanya. Oleh pak lurah pencarian pasangan oleh sang anak diumumkan kepada seluruh warga desa. Maka berbondong-bondonglah para gadis dari seluruh penjuru desa untuk mengadu peruntungan, siapa tahu dirinya menjadi yang terpilih oleh Sang Tampan Ande-ande Lumut. Syahdan, didengarlah pengumuman pak lurah oleh seorang janda seberang desa yang mempunyai tiga anak gadis, yaitu Kleting Abang, Kleting Ijo dan Kleting Kuning (dulu ibu saya menyebutnya sebagai mBok Rondo Ndadapan alias Janda dari Desa Dadapan). Kleting Abang dan Kleting Ijo adalah anak kandung dari sang Janda, sementara Kleting Kuning adalah anak tiri yang selalu diperlakukan tidak adil oleh pada saudara tiri dan ibunya (hampir mirip dengan kisah Cinderela).
Demi melihat anak-anak gadisnya yang beranjak dewasa dan sudah saatnya mendapatkan pasangan hidup, maka disuruhlah anak-anaknya untuk mengadu peruntungan menjadi pasangan hidup Ande-ande Lumut, kecuali Kleting Kuning. Kleting ijo dan Kleting Abang sebelum berangkat diberi bekal yang cukup serta didandani secantik mungkin demi memikat sang perjaka (dalam bahasa jawa disebut ngunggah-unggahi). Semntara sesungguhnya Kleting Kuning tidak berminat sama sekali akan sayembara tersebut, namun karena bisikan oleh seekor burung sahabatnya ia akhirnya minta ijin kepada ibunya untuk turut serta menghadiri sayembara paka lurah. Sekali lagi Sang Ibu Tiri tidak mengijinkan, namun karena permintaan yang memohon akhirnya Kleting Kuning diijinkan ke tempat Ande-Ande Lumut dengan satu syarat, yaitu harus berdandan sejelek mungkin, rambut awut-awutan, pakaian compang-camping dan bedak dengan tai ayam (versi ibu saya).
Akhirnya berangkatlah Kleting Kuning menyusul kedua kakaknya menuju kediaman Ande-ande Lumut. Perjalanan untuk menuju tempat Ande-ande Lumut harus melalui sungai besar yang susah untuk di seberangi, penunggunya adalah Yuyu Kangkang alias kepiting raksasa. Yuyu Kangkang menawarkan untuk menyeberangkan para gadis dengan imbalan para gadis harus rela dicium oleh sang kepiting raksasa. Dengan pikiran tidak akan diketahui oleh Ande-ande lumut kasus upah ciuman tersebut maka besdialah para gadis dicium oleh kepiting raksasa. Dan, bergiliranlah semua gadis yang ingin menuju rumah Ande-ande Lumut untuk dicium kemudian diseberangkan oleh Yuyu Kangkang. Sampailah pada giliran Kleting Kuning untuk diseberangkan, tetapi kletng kuning menolak mentah-mentah untuk dicium oleh Yuyu Kangkang. Yuyu Kangkangpun marah dan tak sudi menyeberangkan bahkan mau memangsanya. Kleting kuning dengan kemarahanya karena merasa dilecehkan akhirnya mengeluarkan lidi ajaib pemberian sang burung, dan menyabetkannya ke sungai. Dan tiba-tiba sungai langsung kering, Yuyu kangkang megap-megap kehabisan air, minta ampun kepada kleting kuning. Kleting kuning pun bisa menyeberang diatas sungai yang kering.
SAmpai di tempat Si Tampan Ande-ande Lumut, Kleting Kuning Kuning mendapati para gadis dan kedua saudaranya Kleting Ijo dan Kleting Abang menangis karena mereka walaupun telah berdandan sangat cantik telah ditolak oleh Ande-ande Lumut. Alasanya Ande-ande Lumut telah mengetahui kejadian di sungai, bahwa para gadis telah dicium oleh Yuyu Kangkang alias telah ternoda. Dan ketika diberitahu oleh ibunya bahwa didepan rumah ada gadis buruk rupa dan bau oleh sang ibu, Ande-ande Lumut mau menyambut keluar gadis tersebut dan menerima Kleting Kuning jadi istrinya karena hanya kletng kuning yang tidak ternoda oleh ciuman Yuyu Kangkang. Akhir cerita Kleting kuning berubah mnjadi putrid yang cantik yaitu Putrid Sekartaji, sementara Ande-ande Lumut tak lain dan tak bukan adalah Pangeran panji Asmoro bangun dari kerajaan Jenggala. Keduanya saling mencinta namun karena satu hal keduanya terpisah dan terdampar di pedesaan.
BAndingkan pesan Antara Cinderela dan Kleting kuning, keduanya sama-sama anak tiri. NAmun Cinderela cenderung lemah dan nrimo pasif dan mnunggu keajaiban. Tetapi Kleting Kuning adalah perempuan yang tegar dan tegas yang penuh pendirian, bahkan kalau tidak dibisiki burung sahabatnya ia tak mau ikut sayembara hanya untuk seorang lelaki. Dan ditengah jalan, ketika teman-temannya menyerahkan kehormatanya untuk dicium Yuyu kangkang hanya agar bisa meyeberang demi seorang yang tampan diseberang sana, ia menolak mentah-mentah bahkan melawan Yuyu Kangkang sampai klepek-klepek minta ampun. Pesan dongeng tersebut kata ibu saya, bahwa seorang gadis atau perempuan dilarang meyerahkan kehormatannya kepada siapapun kecuali kepada pasangan yang telah sah. Yuyu Kangkang disini symbol godaan bagi para gadis ketika dewasa dan ingin mengejar mimpi-mimpinya. Yuyu kangkang konon dari akronim Yu Yu mekangkang atau yu adalah kepanjangan dari cah ayu, panggilan bagi para gadis. Sementara mekangkang adalah membuka kakinya lebar-lebar atau (maaf) membuka selangkanganya sebagai symbol kehormatan. Jadi para gadis hendaknya jangan membuka atau menyerahkan kehormatannya sebelum waktunya yaitu jika sudah diikat oleh tali pernikahan. Sesungguhnya sangat luarbiasa kekayaan budaya nusantara, indah penuh dengan pesan nasehat yang mulia dalam menjaga kehormatan wanita. Wanita hendaknya tegar berpendirian tidak mudah hanyut oleh rayuan dan meyerahkan kehormatanya demi mengejar kebahagiaan sementara, terlebih di alam global yang semua dinilai dengan materi. Tentu saja sangat relefan untuk jaman sekarang.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H