Mohon tunggu...
Kurniawan Wawan
Kurniawan Wawan Mohon Tunggu... -

pengen bisa lebih baek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Revolusi Petok-petok (Sebuah Catatan Alay) Bagian 1

18 Oktober 2011   09:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:48 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah sepenggal kisah lama yang belum terungkap. Sebuah kisah penghianatan dan konspirasi yang rumit serta menyakitkan. Bagi anda yang tak biasa membaca kisah konspirasi tingkat tinggi aku sarankan untuk berhenti membaca tulisan ini terutama yang mengidap kelainan jantung serta epilepsi akut(ingat penyakit epilepsi bukan penyakit menular maupun turunan jadi waspadalah) Namun bagi anda yang merasa level kecerdasannya memenuhi standar sebuah cerita konspirasi aku sarankan untuk terus mengikuti kisah yang penuh intrik keji namun romantis ini. Terus terang cerita ini dikisahkan lagi karena terinspirasi dari film Chicken Run, namun berbeda dari Chicken Run yang hanya khayalan Hollywood cerita ini berdasarkan kisah nyata yang tempat maupun tokoh-tokohnya bisa dipertanggungjawabkan bahkan dinapaktilasi layaknya film Sex and The City maupun Ayat-ayat Cinta dan laskar pelangi (Walah kayaknya kok serius!!?) Kalau pembaca ingin mengunjunginya hubungi penulis..he..he..:)

Baiklah sodara-sodara kisah ini aku mulai….Cerita ini berawal ketika masih menjadi freshgraduate tahun 2002 (masih anget gito loh..fresh from the oven, hot plate very2 delicius mak nyusss!!!!) Ketika itu aku masih benar-benar kosong tatkala puluhan surat lamaran kerja beterbangan ke seluruh penjuru nusantara tanpa ada berita balasan yang membahagiakan. Dihadapkan nasib tragis didepan mata, dan tatapan kosong yang diiringi oleh original soundtrack lagunya Iwan fals : sarjana muda, aku meradang (cucian deh lo). Tiba-tiba sebuah sambaran geledek hampir mengoyak kesadaranku….sebuah twaran modal dari seorang kakak tercinta untuk membuat satu usaha tersodor didepan mata. Langsung sambaran geledek yang membuka cakrawala itu tanpa ba..bi..bu apalagi babi kuterima dengan semangat 45. Dana yang lumayan besar terkucur begitu saja. Selanjutnya yang ada didepan mata adalah bagaimana menggunakan dana tersebut untuk memulai usaha. Pilihanku akhirnya jatuh pada sebuah bentuk usaha peternakan ayam petelur hal tersebut terinspirasi dari kesuksesan Bob Sadino ketika memulai usaha Kemang Chicks (berharap bisa kayak Mr Bob Sadino..he..he..). Dan pilihan jenis ayamnya pun tak main-main yaitu AYAM ARAB! Konon jenis ayam ini tingkat produksi telurnya sangat tinggi sehari bisa dua kali bertelur bahkan ada yang lima kali (maunya!)..nggak tahu kenapa bisa begitu. Apa disebabkan oleh mitos orang arab yang libidonya tinggi ato gimana aku benar-benar nggak tahu..sumpah!

Akhirnya pada pagi yang cerah, datanglah 100 ekor ayam arab siap telur yang kesemuanya betina ( ya iyalah mang ada ayam jago nelor?) Bangunan rumah samping kusulap jadi lahan peternakan, sebuah mini farm yang sempurna. Hari pertama perkenalan dengan para ayam sudah kupersiapkan secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya…..berharap pertemuan pertama bisa menjadi awal yang baik untuk memulai hubungan kerja. Tibalah HARI PERTAMA ngasih makan, pertama ketika masuk kandang dengan santun kuucapkan “ Assalamualaikum!”, tak ada jawaban, hanya satu yang nyahut, petok! Itupun lirih. “Assalamualaikum!” ucapku lagi agak keras….tak ada jawaban hanya beberapa yang petok-petok. Mungkin kurang lengkap pikirku, mungkin kalo ngomong sama native speaker alias arab asli harus komplit. Akhirnya kuucapkan salam yang panjang dan komplit yang telah kupelajari dari kamus percakapan bahasa arab sehari-hari ,” Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh yaaaa ahlal teluuuuurrrr!!!” Kataku dengan keras. Sontak terdengar Petok..petok..petok!!!! Ramai ayam berpetokria. Legalah rasanya ….tetapi kok nggak dijawab salamnya waalaikumsalam gitu? Oh iya ding mereka kan ayam jadi mungkin itu sudah berarti waalaikumsalam, pendekatan hari pertama sukses. Hari-hari berikutnya aku jadi tambah akrab sama para ayam, sambil ngasih makan sehari 2 kali aku kadang ngobrol dan bercanda. Kukasih mereka lelucon-lelucon ala arab yang kubaca dari buku humor ketawa cara arab. Pas kuceritain yang lucu-lucu mereka petok-petok keras sekali. Sebenare aku kurang paham bahasa ayam, tetapi aku sedikit banyak belajar bahasa ayam dari kamus bahasa Ayam-Indonesia karangan Jhon M Petochols. Jadi kalo ngobrol, sedikit-sedikit nyambunglah. Untuk menambah ceria suasana kandang sering kuputarkan irama-irama gambus padang pasir, agar para ayam merasa nyaman. Sebulan rasanya tak ada masalah hubunganku dengan para ayam. Bulan pertama para ayam memang belum bertelur karena memang didatangkan dalam kondisi baru siap nelur jadi sebulan kemudian baru nelur. Pada bulan pertama inilah kubina hubungan baek dengan para ayam semua kebutuhannya kupenuhi mulai dari makanan yang cukup, ruangan full music bahkan akses internet terpenuhi agar para ayam mempunyai pengetahuan bagaimana cara meningkatkan produksi telur ketika sudah saatnya bertelur. Hanya saja aku agak heran ketika kutawarkan saluran tv berlangganan seperti HBO dan sebangsanya mereka nolak, tapi its ok, mungkin mereka ogah nonton tv pikirku.

Memulai kesibukan

[caption id="attachment_137731" align="alignleft" width="259" caption="sumber:chkeqp.com"][/caption]

Pada bulan kedua mengurus mini farm mulailah aku menuai hasil, telur-telur putih nan lonjong mulai keluar dari pantat para ayam, menggelinding menghiasi kandang setiap pagi dan sore. Telur ayam arab memang warnanya putih seperti ayam kampung, itu pula kenapa telur ayam arab harganya lebih mahal daripada telur ayam leghorn biasa. Dimulailah kesibukan sebagai peternak sekaligus pebisnis (he..he..) mulai mengurus ayam ngasih makan sampe njual telur pokoknya sudah mirip Bob Sadino ketika merintis Kemang Chicks dah hi..hi.. Karena kesibukanku bertambah apalagi aku juga punya kesibukan lain selain ngurus mini farm akhirnya urusan ngasih makan para ayam kuserahkan mBok Minthul yang biasa bantu cuci di rumah. Sementara aku hanya ngurusi jual-menjual telur. Bulan kedua produksi telur lancar dan setabil, para ayam bertelur antara 80 hingga 90 butir sehari. Nutrisi makanan tetap kujaga, fasilitas musik kukasih beragam mulai R & B, Jass, Rock, Ndangdut, Pop pokoknya semua jenis musik kuputar tidak lagi sekedar irama gambus padang pasir. Internet masih online bahkan kecepatannya ku upgrade yang semula Cuma 180 kbps jadi 500 kbps. Semua itu agar para ayam merasa senang serta cerdas dalam menjaga kualitas telurnya.

Bulan ketiga lancar produksi, bulan keempat tetap stabil produksi namun memasuki bulan kelima mulailah ada masalah. Mbok Minthul melaporkan kalo produksi telur merosot yang semula 80 sampai 90 butir sehari pada bulan kelima turun menjadi 70 butir bahkan kadang Cuma 65 butir. Kupikir cuma sementara mungkin mereka memang lagi istirahat nelur, apalagi angka 65 Cuma sehari dua hari selebihnya naik lagi. NAmun laporan Mbok Minthul semakin menjadi, pada bulan keenam produksi telur terus merosot paling tinggi Cuma 70 butir terendah bisa sampai 40 butir sehari. Wah kalo dibiarkan terus bisa runyam nih nasib mini farmku karena produksi sudah tidak rasional lagi. Akhirnya kuputuskan untuk melakukan investigasi atas penurunan produksi telur. Dari seluruh fasilitas kulihat masih normal dan tersedia. Nutris makanan masih tercukupi dengan baik, full musik masih ada,internet jarang putus bahkan kutambah AC. Sebenarnya para ayam sudah mendapatkan fasilitasnya dengan sempurna trus apa yang menyebabkan produksi merosot bukankah mereka telah termanjakan? Aku benar-benar pusing. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun