Mohon tunggu...
Ricky Tjok
Ricky Tjok Mohon Tunggu... -

N/A

Selanjutnya

Tutup

Money

Why Excellence? (1)

19 Maret 2011   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Setelah membahas mengenai apa itu Excellence dalam tulisan sebelumnya, pertanyaan yang selanjutnya harus dijawab adalah kenapa kita harus Excellence?

 

Apa sebenarnya yang akan kita dapatkan dengan menjadi seorang yang Excellence? Dan, apa kerugiannya kalau kita tidak menjadi seorang yang Excellence?

 

Saat kami mendiskusikan topik ini,  banyak pandangan yang muncul mengenai pentingnya Excellence ini. Ada yang mengaitkan pentingnya Excellence sebagai unsur penting untuk dapat selalu unggul di dalam persaingan, baik itu persaingan di tempat kerja, sekolah, dsb.

 

Ada juga yang mengaitkannya dengan sesuatu yang lebih personal, dimana kita, sebagai manusia yang sudah dikaruniai dengan berbagai potensi oleh Yang Kuasa, dituntut untuk menjadi semakin baik dan memaksimalkan semua potensi diri yang ada.

 

Secara garis besar, alasan mengapa kita harus Excellence dapat diintisarikan ke dalam dua bagian yaitu alasan bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

 

Bagi Diri Sendiri

Setidaknya ada 3 hal yang bisa kita dapatkan saat kita menjadi seorang yang Excellence:

 

Success: excellence will bring you many opportunities and rewards in due time

Edward D’Bono, dalam bukunya Lateral Thinking, pernah mengulas ada 4 hal yang dapat membuat seseorang sukses, yaitu “Luck” (keberuntungan), “Very Talented” (sangat berbakat), “You are on Growing Business Sector” (anda sukses karena berada di bisnis yang sedang berkembang) dan “You are little bit mad” (anda harus sedikit ‘gila’ kalau ingin meraih sukses).

 

Menarik untuk dilihat melihat lebih dalam bagaimana faktor “Luck” berperanan dalam keberhasilan dari orang-orang yang Excellence ini.

 

Apa sebetulnya keberuntungan itu? Apakah keberuntungan adalah hasil ‘konspirasi’ alam semesta sehinga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkannya (seperti Untung Angsa)?

 

Saya pribadi percaya bahwa keberuntungan adalah hasil pertemuan antara kesempatan dan persiapan. Dan kesempatan ini bisa jadi diberikan kepada banyak orang. Tinggal bagaimana orang itu siap atau tidak untuk mengambil kesempatan yang ada.

 

Salah satu kesamaan dari orang-orang yang Excellence adalah mereka selalu mempersiapkan dirinya setiap saat sehingga mereka selalu siap kapanpun kesempatan itu datang.

 

Saya mempunyai seorang teman yang berhasil mendapatkan beasiswa Master ke Eropa. Apa rahasia dari keberhasilan teman saya ini? Apakah karena teman saya ini lebih ‘beruntung’ dibandingkan dengan pelamar lainnya?

 

Coba kita jawab pertanyaan ini dengan melihat komponen penyusun dari keberuntungan yaitu kesempatan dan persiapan.

 

Pertama, kesempatan. Saya pikir semua pelamar mendapatkan kesempatan yang untuk memperoleh beasiswa itu, terlepas dari besar kecilnya kesempatan itu, yang ditentukan juga oleh banyak hal seperti prestasi akademis, pengalaman organisasi, dsb.

 

Kedua, persiapan. Saya pikir sepertinya di sinilah kunci keberhasilan teman saya memperoleh beasiswa tersebut. Saya pernah menonton wawancara dari seorang profil penulis novel Negeri Sembilan Menara (saya lupa nama penulisnya – efek penuaan dini :p), yang dirinya pernah mendapatkan banyak beasiswa (minimal 9 beasiswa sepertinya, beberapa cukup besar sepert Fulbright dan Chevening).

 

Ketika ditanya apa rahasianya, penulis novel ini memberikan komentar yang cukup menarik yaitu bahwa sebenarnya beasiswa itu bukan hanya bisa didapatkan oleh orang pintar saja, tapi beasiswa itu sebenarnya adalah milik orang-orang yang mau berusaha lebih dibandingkan orang lainnya (salah satu karakteristik orang Excellence).

 

Memang saya pribadi merasakan betul tidak mudahnya untuk mencari beasiswa. Yang tersulit bisa jadi bukan untuk membuat essay atau persyaratan lainnya, tapi mengalahkan rasa malas untuk mencari informasi beasiswa. Terbukti sampai sekarang banyak kesempatan beasiswa yang terlewatkan begitu saja karena saya yang malas mempersiapkan diri (‘resolusi’ ambil TOEFL dari tahun kemarin saja masih belum terwujud sampai sekarang :p).

 

Beda dengan teman saya ini yang sudah secara konsisten dan persisten mempersiapkan dirinya. Dari blog-nya, kita bisa tahu bagaimana dirinya sudah berkali-kali mencoba mendaftar ke mungkin berbelas-belas program beasiswa sebelum akhirnya berhasil. Dengan ‘jam terbang’ yang semakin tinggi, tidak heran kalau dirinya jadi semakin siap dan pada akhirnya berhasil mendapatkan apa yang menjadi tujuannya.

 

Bersambung…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun