Kedua, untuk menghindari konflik. Dalam rapat atau kesempatan diskusi baik di kampus maupun di tempat kerja, kita seringkali menjumpai banyak ’Yes Man’. Kalau ditanya pendapatnya, selalu bilangnya pendapat anda lebih baik, kita jalani pendapat anda. Beda dengan orang bule atau India, yang biasanya kekeuh sama pendapatnya (walaupun salah..haha).
Ketiga, sistem pendidikan kita tidak mengakomodasi para siswanya untuk berpikir kreatif (baca: beda). Kalau disuruh gambar pemandangan, harus ada dua gunung, sawah, lengkap dengan matahari dan burung! Haha…Kalau gambarnya beda, nilainya bisa dikorting. Akibatnya, biar aman, para siswa kita jadi malas berpikir dan takut salah. Dalam artikel di Harvard Business Review, dibahas mengenai kenapa orang yang tinggal di Iceland bisa memiliki nilai tertinggi dalam survei kebahagiaan? Padahal mereka tinggal di tempat yang mungkin hanya setengah tahun sekali siang (dapet cahaya matahari). Ternyata salah satu kuncinya adalah orang-orang Iceland ini tidak mengenal konsep ’salah’ atau ’tidak cukup bagus’. Akibatnya, mereka jadi berani berbuat sesuatu tanpa takut salah.
Keempat, masih berhubungan dengan sistem pendidikan kita, adalah kita tidak diajarkan untuk berpikir kritis. Jadi jangankan untuk berargumen dengan guru kita, untuk bertanya saja kita sudah malas. Sejarah membuktikan tidak mudah menjadi orang yang kritis. Contohnya Martin Luther King yang dengan berani mengkritik otoritas gereja Katolik. Dan kita semua tahu, tekanan seperti apa yang harus ditanggungnya.
Dari pembahasan di atas, apa sesungguhnya yang ingin coba saya sampaikan? Saya berpikir kita harus mulai mengembangkan sikap berpikir yang kritis dan juga rasional. Memang tidak mudah. Sementara mayoritas mengatakan A, kalau kita pikir itu salah dan bertentangan dengan hati nurani kita, kita harus mengatakan pendapat kita. Kita harus berani untuk bersikap (dan siap dengan resiko yang menyertainya). Soe Hok Gie pernah berkata, ”Lebih baik diasingkan daripada menyerah kepada kemunafikan.” Anda setuju?
http://tjokricky.wordpress.com/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI