Mohon tunggu...
Tjitjih Mulianingsih Ws
Tjitjih Mulianingsih Ws Mohon Tunggu... Guru - Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cantik Tak Selalu Harus Putih

20 Agustus 2017   08:34 Diperbarui: 20 Agustus 2017   11:33 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini  saya buat berdasarkan pengalaman Pribadi membesarkan 2 orang putri yang beranjak remaja.  Berawal dari curhatan putri kecilku ketika duduk di kelas 4 sd , dia mengeluhkan mengapa kulitnya tidak putih dan memintaku membelikannya sebuah produk pemutih kulit yang sering dia lihat di iklan tv.  Kejadian ke 2 adalah ketika merapikan kamar putriku yang pertama yang duduk di kls II SMA, terkejut sekali ketika menemukan beberapa produk pemutih kulit mulai dari pelembab pemutih, krim pemutih hingga masker pemutih kulit.  Terus terang ini perlu waktu yang lama untuk menanamkan  Pendapat ke dalam Pikiran mereka, bahwa cantik tak selalu harus berkulit putih, putih tak berarti harus Cantik.

Dua putriku ini pastinya tidak sendirian, begitu banyak perempuan perempuan di luar sana yang beranggapan putih itu cantik, untuk cantik harus berkulit putih.  Pendapat ini tidak sepenuhnya kesalahan mereka, ini kesalahan kolektif. Alasan pertama,  bertahun tahun kita dibesarkan dengan bombardiran produk produk iklan kecantikan dan keindahan kulit putih, setiap hari setiap jam bahkan setiap menit.  Hal ini dapat anda cek dengan cara tontonlah tv selama 24 jam.  Coba perhatikan juga adakah model yang di gunakan oleh produk iklan tersebut berkulit gelap.  Sampai hari ini di Indonesia saya belum menemukan produk kecantikan kulit yang menggunakan model berkulit gelap.

Alasan ke dua, ini pendapat pribadi ya, Negara kita tercinta pernah dijajah 350 tahun oleh bangsa berkulit putih, pada saat itu mereka menempatkan dirinya memiliki kasta lebih tinggi dari pribumi Indonesia yang sebagian besar berkulit gelap, dan ini secara tak sengaja menanamkan pendapat untuk lebih baik dan cantik haruslah berkulit putih.

Berdasarkan hal tersebut mulailah saya mengindoktrinasi pikiran mereka, kasarnya cuci otaklah tentang definisi cantik di benak mereka.  Hal pertama tentu saja memakai role model, dan role model yang paling gampang adalah ya emaknya sendiri, emaknya tak putih cenderung berkulit gelap, tapi penggemarnya banyak  dan dapat dibuktikan dengan bejibunnya surat cinta yang diterima dan disimpan disebuah kotak oleh kakeknya. (maaf tak menerima protes pembaca).

Cuci otak mereka yang kedua adalah dengan memperlihatkan definisi cantik menurut KBBI(kamus besar bahasa Indonesia) serta searching di Internet tentang definisi cantik.  Maklumlah emaknya ini adalah pendukung budaya literasi.  Kemudian menunjukkan kepada mereka artis artis atau tokoh tokoh gaul masa kini yang cantik dan berkulit gelap.

Setelah tahapan tahapan itu selesai mulailah dengan langkah ke tiga, saya menanamkan mereka pemikiran pemikiran atau arti cantik dan langkah langkah supaya cantik, apakah itu?

I. Cantik itu berarti nyaman dengan diri sendiri, menerima apa adanya Fisik yang Allah anugerahkan kepada kita, sehingga apabila kita sudah menerimanya akan terbit rasa syukur dari hati, hati yang bersyukur dan percaya diri akan membuat wajah bercahaya dan ini cantik.

2.      Cantik adalah watak dan kepribadian, memiliki watak yang ramah, tidak sombong dan pandai bergaul akan membuat mereka diterima dalam pergaulan dan disukai oleh banyak orang

 3.       Cantik itu berarti memiliki kebaikan hati. Hati yang baik yang ditunjukkan prilaku baik dan santun akan memancarkan kecantikan dari dalam.  Dan ini juga Cantik

4.       Cantik itu artinya memiliki kulit yang bersih dan ini didapat dari sikap dan prilaku hidup yang sehat dan bersih

5.       Cantik itu berarti memiliki gigi bersih walaupun tak putih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun